02 February 2010

Melawat ke Sub Seksi Neraka Penyelomotan Jemari

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada.

Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.
Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.


Babak ke 34
Melawat ke Sub Seksi Neraka Penyelomotan Jemari

"Di atas bukit, bunga salju turun beterbangan dan bertebaran menimpa pohon "Mei" (prumus Mei), Tahun demi tahun, bulan demi bulan, sang waktu terus bergulir mendesak tanpa berperasaan, Tanggalkanlah pisau penyembelih makhluk agar tangan menjadi bersih, Bina dan pupuklah ladang rohani, manfaatkanlah sendiri kesempatan yang baik."

Kita akan meninjau "Neraka Penyelaraan (Penyelomotan) Jemari", neraka tersebut harus melalui jalan kecil di samping "Neraka Besar Panas Api Emosi".
*Penyelaraan = memberi tanda (cap) dengan besi yang membara pada kulit orang terhukum.
Hawa panas dari depan sudah terasa mengancam, bagaimana kita melangkah maju? Lagi pula katanya jalan kecil itu juga merupakan "Jalan Panas". Ci Hoet menggunakan kipas Buddha mengipasi tanah yang panas membara menjadi tanah sejuk nan menenangkan hati. Roh-roh dosa itu segera merasakan laju langkahnya enteng tak lagi terlecur (terselomot), mereka amat tercengang, melihat ke sekitarnya, lalu mereka pun menambah kecepatan langkahnya. Sebelum kekuatan magisnya memudar, Yang Sheng dan Ci Hoet berlarian sampai ke ujung jalan. Di ujung jalan kecil di sebelah kiri sudah ada Pejabat neraka dan para perwira yang berbaris menunggu, untuk memberi petunjuk.

Di neraka mana saja selalu terdengar suara tangisan yang memilukan, apa yang terdengar di neraka, bak suara umat di dunia yang sedang mengerang-erang di saat sedang kambuh penyakitnya, pilu hatinya dan berharap mendapatkan kesembuhan.

Sarana di dalam neraka cukup modern, kedua tangan roh dosa diikat dengan rantai pegas yang dihubungkan pada selajur rel baja yang merah membara, sehingga kedua tangan roh dosa terselar (terselomot). Karena tangannya terikat, maka tak bisa menghindar. Derajat panas rel baja itu amat tinggi, rantai pegas menghantar panas dengan cepat. Karena tak tahan dengan panasnya api, roh dosa hendak lari menjauh. Namun semakin berusaha menjauh daya tarik rantai pegas semakin kuat, akhirnya roh dosa terjatuh dan tersentuh rel baja yang membara itu. Kedua tangannya seperti memungut arang yang membara, tak bisa dicampakkan, wajahnya sampai mencucurkan keringat, kedua tangannya menjadi hangus lumat karena luka bakar, roh dosa hanya bisa menangis kesakitan dan terkulai tanpa daya.

Neraka ini disebuh "Sub Seksi Neraka Penyelomotan Jemari". Dahulu menggunakan setrika untuk menyelomoti tangan roh dosa, tapi demi menyesuaikan "kecanggihan strategi tindakan" umat di dunia, maka metode hukumannya pun kini diperbarui.

Antara alam wadag (alam dunia kasat mata : "Yang") dan alam astral (alam tak kasat mata : "Im") ternyata mempunyai hubungan kausalitas (sebab akibat), secanggih-canggihnya strategi yang dimainkan masih ada yang lebih canggih lagi!

Pejabat mengatur beberapa roh dosa untuk menceritakan sendiri pelanggarannya semasa hidup.

RohDosa 1 : Semasa hidup, sudah menjadi watak saya suka main cabul; sering kali di tempat remang-remang melakukan perbuatan kurang ajar terhadap wanita yang sedang melintas. Terhitung ada 12 kali melakukan dosa ini semasa hidup, setelah meninggal dihukum kemari menerima siksa!

Pejabat : Kedua tangannya jahil, "tangan iblis"nya pantas dihukum. Gantian roh dosa kedua memberi pengakuan!

RohDosa 2 : Semasa hidup saya suka menghasut orang untuk berperkara, suka membuatkan "Berkas adua" untuk orang yang hendak berperkara, sehingga saya bisa mengambil keuntungan melalu cara itu, semasa hidup cuma melakukan kesalahan ini. Setelah meninggal, Yam Ong gusar, menyidang saya atas kegemaran saya membuatkan "Berkas aduan". Karena kedua tangan saya mencelakai orang dan perlu dihukum selomot, maka menerima hukuman di sini. Tiada orang yang tahu akan derita saya, mohon Buddha Hidup Ci Kung menolong saya!

CiHoet : Engkau toh punya kepandaian, mengapa tak mengajuka berkas pembelaan kepada Yam Ong? Agar beliau bisa mengampuni kamu?

RohDosa 2 : Yam Ong bermuka besi, tak pandang bulu sedikitpun, saya tak berani cari repot sendiri.

CiHoet : Kalau begitu, sama halnya jika engkau memohon kepada saya!

Pejabat : Tak boleh seenaknya minta tolong. Yang ketiga cepat beri pengakuan!

RohDosa 3 : Semasa hidup saya membuka arena perjudian. Bagi yang menang, saya pungut bagian dan juga sering menggunakan tipu daya dalam permainan, berhasil menipu banyak uang. Karena mudah mendapatkan uang, lalu hidup saya menjadi bejad, sering melakukan tindakan melawan hukum, sangat disegani di kalangan dunia hitam. Tak terkira setelah meninggal, Yam Ong gusar sekali, lalu menghukum saya masuk "Neraka Penyelomotan Jemari" selama 30 tahun, setiap hari menerima siksa hukum yang tak terperikan!

CiHoet : Membuka arena perjudian masih melakukan tipu daya permainan, dosanya sangat besar. Sesudah selesai menjalani hukuman di neraka, kelak jika dititiskan kembali, pasti akan menerima pembalasan berupa cacat badan. Saya berharap umat di dunia cepat berpantang judi. Yang keempat cepat beri pengakuan.

RohDosa 4 : Semasa hidup, saya pernah membuka cek kosong, menilap harta orang, setelah meninggal lalu dihukum kemari. Semasa masih hidup, saya berpikir dalam hati, asalkan saya bisa melarikan diri jauh-jauh, sang Penagih hutang tak bakal bisa menangkap saya, maka bereslah segalanya, tak tahunya setelah meninggal ditangkap dan dihukum berat di sini oleh Yam Ong sang Penguasa Neraka!

Pejabat : Punya hutang uang dengan orang, biarpun hanya sepeser, tetap harus membayar lunar, jika tidak, setelah meninggal tak akan ada ampunan di kuasa neraka, tetap dihukum berat.

CiHoet : Dewasa ini umat di dunia, banyak yang membuka cek kosong, kalau cek sudah dikeluarkan dan dananya tak disetori, berarti kosong, cuci tangan (tidak bertanggung jawab). Setelah meninggal, orang tersebut, pasti dijatuhi hukuman berat, pada kelahiran mendatang akan dititiskan menjadi kerbau atau kuda untuk mencicilnya. Sejak dari zaman dulu hingga kini, tak ada yang bisa terhindar dari pembalasan, tanpa kecuali. Hukum karma sedikitpun takkan ingkar, waspadalah umat dunia!

Pejabat : Yang kelima, kini tak lagi kerenkah? Cepat ceritakan perihal Kebanggaanmu semasa hidup!

RohDosa 5 : Mohon pejabar jangan meledek saya lagi. Semasa hidup, saya menjadi anggota suatu geng, sering membuat onar, mengacaukan kamtibmas setempat, begitu terlihat hal-hal yang tak menyenangkan hari, atau ada orang yang memandangi saya, saya lalu menjotosnya. Boleh dikata perkelahian sudah menjadi kebiasaan setiap hari, setelah meninggal, Yam Ong langsung memerintahkan perwira berkepala sapi dan bertampang kuda untuk menghajar saya, seraya bertanya saya terima atau tidak? Terkenang perilaku saya semasa hidup, saya pikir memang keterlaluan!

Pejabat : Sewaktu engkau masih berusia muda, "Api emosi"mu begitu besar, suka berkelahi dan main sembrono, merusak ketenangan hidup masyarakat, kepalan tanganmu begitu keras, kini dipaksa merasakan benturan rel baja, untuk mengikis "Api emosi"mu itu!

CiHoet : Waktu sudah habis, Yang Sheng, bersiaplah pulang ke Vihara.

YangSheng : Mohon pamit kepada Pejabat dan para Perwira, terima kasih atas petunjuk dan perlakuan baik kalian.

Pejabat : Sudah sewajarnyalah dalam tata krama.

No comments:

Post a Comment