21 September 2009

Melawat ke Sub Seksi Neraka Congkel Hati yang Ketiga Kalinya

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 34
Melawat ke Sub Seksi Neraka Congkel Hati
Yang Ketiga Kali - Bertepatan dengan Pembukaan
Pintu Neraka pada Bulan Cit Gwee

"Bertepatan dengan hari raya "Pelintasan Umum Pertengahan
Tahun", pintu neraka pun dibuka,
Arwah-arwah dalam kuasa neraka dengan antusiasnya keluar
menghirup udara segar,
Mengenyam kebebasan selama 30 hari selama bulan Cit Gwee,
Tersiratlah bahwasanya masa-masa kebahagiaan dalam kehidupan
manusia tidaklah sering kita jumpai."

Selama bulan Cit Gwee (bulan ketujuh) pintu neraka dibuka lebar, saudara-saudara (yang berada di alam neraka) datang ke alam dunia untuk melepas kejenuhan, maka oleh adat bulan Cit Gwee disebut sebagai "Bulan Hantu", maka punya kerja pada bulan ini dianggap tabu, takut tersinggung oleh roh hantu. Jika umat dunia senantiasa bisa bersikap hormat, segan serta waspada terhadap malaikat dan hantu, dengan sendirinya takkan melakukan kesalahan.

Hantu itu adalah jelmaan manusia, sudah tak aneh lagi, kita akan kena celaka jika menganggap aneh.

Pintu Hantu sudah berada di depan, pintu sampingnya telah dibuka, para arwah berdesak-desakan berebut keluar, wajahnya tampak ceria, seperti menghirup udara segar.
Pintu Neraka sebelah samping boleh dibuka pada bulan Cit Gwee, para arwah dalam wilayah "penduduk sipil" bisa bercengkerama secara bergiliran, setiap orang bak burung keluar dari sangkarnya, maka mereka seperti mabuk dalam suasana gembira, menuju ke alam dunia.

Apakah semua roh hantu mendapat kesempatan keluar pada bulan Cit Gwee ?
Oh, tidak, meski pintu neraka dibuka pada bulan Cit Gwee, namun yang keluar lebih diutamakan arwah-arwah yang berada di wilayah penduduk sipil, karena pada umumnya, arwah dari penduduk sipil tiada banyak beramal-jasa atau berdosa, maka sesudah meninggal ditempatkan di suatu wilayah dalam kuasa neraka yang disebut "wilayah penduduk sipil". Di sana mereka menjalani kehidupan seperti layaknya di alam dunia. Pada hari-hari biasa mereka tak diperbolehkan meninggalkan wilayahnya, hanya saat bertepatan bulan Cit Gwee, pejabat neraka memberi amnesti besar-besaran, mengijinkan mereka berlibur secara bergiliran, sedangkan jalur hantu pada tanggal 15 Cit Gwee baru diperbolehkan secara terbatas keluar neraka untuk mendapat kesempatan pelintasan umum. Dalam agama Buddha kita kenal dengan festival "Ullambhana", sedangkan umat Tao menyebutnya "Pelintasan Umum Pertengahan Tahun". Para pejabat neraka biasanya ada hari libur tertentu, namun pada bulan ini tak berlaku.

Para roh dosa yang berada dalam penjara wajahnya tampak lebih mengenaskan dan menyedihkan dibanding dengan tempo hari, apakah sebabnya?
Karena bulan ini bertepatan dengan bulan Cit Gwee, pada umumnya para arwah yang tak berdosa, bisa keluar neraka untuk bercengkerama, sedangkan para roh dosa ini semasa hidupnya juga pernah mendengar cerita bahwasanya bulan Cit Gwee merupakan dunianya para arwah atau roh halus, dalam hati mereka berpikir hari ini semestinya bisa bebas sejenak, tetapi tak terpikirkan bahwa dirinya kini masih dalam keadaan diborgol, tak punya kebebasan, rasanya iri sekali melihat orang lain bisa berlibur dan leluasa, sedangkan dirinya dikurung, para danyang (hantu penjaga) nerakapun tak kenal ampun, tetap melaksanakan hukuman congkel hati, maka hatinya terasa merana dan pilu. Umat di dunia perlu bersiap-siap lebih awal, jadilah orang yang baik, berbuat yang baik, jangan berbuat dosa, sebab jika sesudah meninggal masuk neraka, takkan dapat menemukan kebebasan dan hari yang cerah.

Pejabat mengatur dua roh keluar untuk menceritakan sendiri perbuatan jahat apa yang mereka lakukan.

RohDosa 1 : Rasanya malu jika kuceritakan, pada usia tengah baya, istriku meninggal, namun nafsu birahiku belum reda, pada suatu hari di pinggiran desa, saya bertemu dengan seorang gadis, saat itu nafsu birahiku mendadak timbul dengan dahsyatnya. Saya lihat di sekeliling tak ada orang, lalu saya bergegas memeluknya, menarik paksa masuk ke dalam kebun tebu terdekat. Saat mau saya perkosa, gadis itu meronta dan menjerit-jerit, minta saya lepaskan, tetapi saat itu saya sudah kesetanan dan kehilangan nalar, saya mengancam dan menakut-nakutinya, jika tak mau menurut akan saya bunuh, akhirnya iapun tunduk, dan saya berhasil memperkosanya. Setelah kejadian itu saya merasa menyesal, meski gadis itu tak melaporkan kasusnya untuk dilacak, saya sendiri merasa bersalah, dan sering mencela diri sendiri, tak lama kemudian, saya jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Saat roh sampai di kuasa neraka, Yam Ong marah besar. Karena saya sudah mengaku bersalah, saya tak dibawa ke Panggung Cermin Dosa, langsung dibawa ke Astana kelima, dihukum di "Neraka Congkel Hati" selama 10 tahun, mengoperasi hati saya yang "gila nafsu sex dan suka memperkosa", hingga kini sudah menjalani siksa hukuman selama 4 tahun lebih, setiap hari saya sangat menyesal, tetapi nasi sudah menjadi bubur, seperti kata sebuah pepatah : "Sekali salah langkah, akan menciptakan penyesalan selama ribuan tahun". Kini menyesalpun sudah terlambat.

Pejabat : Memperkosa gadis perawan, merusak masa depan orang seumur hidup, keterlaluan jahatnya dan berat dosanya, meski kau mengerti mencela diri sampai mati, sadar akan kesalahan diri dan menyesal, namun dosa ini tak dapat ditebusnya. Kejahatan yang terutama ialah berzinah, kini ibaratnya sudah masuk perangkap sendiri, jangan menyalahkan orang atau menggerutu kepada Yang Di Atas. Sadarlah umat di dunia, jangan sampai melakukan dosa berzinah ini, jika ada yang sudah terlanjur melanggar cepatlah bertobat di hadapan Sang Buddha, serta menegakkan ikrar besar, atau beramal cetak kitab "Melawat ke Alam Neraka" sebanyak 1000 buku untuk menyadarkan umat, maka dosanya akan terkurangi, jika tidak, kelak hukuman nerakalah yang akan ia dapatkan. Kini giliran roh dosa kedua, cepat laporkan dosa dan kejahatan apa saja yang kau lakukan seumur hidup, jika tidak, maka kau takkan mendapat pengampunan dari hukuman keras.

RohDosa 2 : Tak kepalang sakitnya, sampai sulit dikatakan, hanya karena semasa hidup ada sekilas niat yang keliru, sehingga melakukan dosa yang amat besar, penderitaan saya tak habisnya. Mohon Buddha Hidup Ci Kung sudi menolong saya!

CiHoet : Semasa hidup banyak bercabul, masih tak terjerat hukum dan seenaknya saja, kini mendapat balasan yang malang, dari mana saya bisa mengampuni dosamu? Lebih baik pasrah sajalah!

RohDosa 2 : Sungguh tragis nasibku, kalau Buddha Ci Kung tak mau menolong, sayapun tak bisa apa-apa, hanya bisa mengaku kesalahan yang dahulu. Semasa hidup saya menjadi sopir taksi, karena tak mendapat pendidikan yang baik, membuat prilaku jadi tak karuan, main judi, main perempuan, dan minum-minum, semua tak ketinggalan, apalagi dalam hal main cabul. Di dalam mobil, saya sediakan kaset percakapan porno, jika ada penumpang perempuan sendirian naik taksi, maka kaset itu saya stel, saya memang sengaja mau menggoda dan merangsang. Saya memang mendapat makian orang sebagai "Hantu asusila", "Setan porno", tetapi saya malah merasa senang melihat nasib sial orang, sama sekali tak merasa malu. Pernah pada suatu malam, saya mendapat penumpang seorang gadis, wajahnya cantik sekali, mendadak nafsu birahi saya bangkit, saya segera memutar kaset porno, lalu tancap gas, membawanya ke tempat terpencil, saya mengancamnya dengan pisau lalu saya perkosa. Hal ini telah saya lakukan sebanyak tiga kali. Lima tahun yang lalu, saat menyalib kendaraan, terjadilah tabrakan, sayapun mati dalam kecelakaan tersebut. Seketikan itu juga diborgol dan dikawal oleh si Kepala Sapi dan Tampang Kuda menuju ke neraka. Setelah diperiksa di beberapa Astana, akhirnya dibawa ke Astana kelima, dan mendapat hukuman masuk "Neraka Congkel Hati" selama 30 tahun lamanya tiap hari saya disiksa, ingin menyesalpun sudah terlambat. Berharap pada Saudara Yang Sheng sepulang ke alam dunia menyampaikan pesanku pada umat di dunia, perbuatan apa saja yang pernah dilakukan semasa hidup, setelah meninggal akan diadakan perhitungan satu persatu secara jelas, takkan bisa luput dari hukuman, kini saya hanya bisa menyesali kedangkalan pengetahuan saya, sehingga membuat dosa besar.

Pejabat : Roh ini sungguh besar dosanya, usianya dipotong 10 tahun, lebih awal ditarik ke dalam kekuasaan neraka, untuk menumpas kelakuan jahatnya. Kelak setelah selesai menjalani hukuman di neraka kami, akan dimasukkan ke dalam neraka Abagi, selamanya takkan bisa terangkat untuk dilahirkan kembali. Umat di dunia hendaknya bisa menjadikan pelajaran ini sebagai sebuah cermin. percabulan merupakan kejahatan yang terutama, setiap hubungan yang ilegal, atau kejahatan memperkosa wanita dan memutar kaset porno dalam kendaraan, takkan mendapat ampunan dari hukum neraka, jika tak waspada pada tingkah laku dirinya, di kemudian hari kelak takkan dapat tertolong.

CiHoet : Dibandingkan dengan hukuman lain, hukuman "Congkel Hati" jauh lebih menderita beribu kali, umat di dunia jangan sampai melakukan hal-hal yang "mengelabui hati" nya, jika tidak, saat pembalasan sudah di ambang pintu, mau menyesal takkan keburu.

Melawat Kembali ke Sub Seksi Neraka Congkel Hati

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 33
Melawat Kembali ke Sub Seksi Neraka Congkel Hati

"Rasa cemburu terhadap kepintaran orang lain sering timbul karena diri sendiri tidak memiliki kemampuan, Sehingga menggunakan siasat jahat untuk memfitnah orang, perbuatan jahat dan sewenang-wenang pada akhirnya pasti terbalas, Untuk mengetahui pembalasannya cobalah dengar suara jeritan di Neraka congkel hati."
Di dunia ada semacam orang dimana dirinya tak mempunyai kepandaian apa-apa, namun jika melihat kebolehan orang lain ditampilkan, timbul hati cemburu, secara diam-diam mengeluarkan siasat jahatnya, menyebar dan memancing gossip atau mengungkap kejelekan orang. Ada pula orang yang membina jalan keTuhanan namun berlainan dengan kepercayaan yang dianut lalu mengeluarkan kata-kata fitnahan, orang seperti itu akan terperosok masuk "Neraka Congkel Hati", untuk dipotong dan dibuang hati cemburunya dan hati yang suka bikin gossip itu.

Hukuman di neraka sungguh menakutkan, sejak mulai dari Astana pertama, yang disaksikan adalah pandangan yang seram dan mengerikan, apalagi hukuman bedah hati, sungguh lebih tragis dan mengenaskan.
Hati merupakan penguasa manusia, hukuman "Congkel Hati" memang paling sakit, tiada yang lebih sakit dari hukuman ini, begitu hati terluka, maka seluruh anggota badan akan terguncang, sakitnya sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata.

Tiga roh dilepaskan dan dibawa keluar penjara, agar mereka mengaku sendiri. Pengakuannya akan berguna untuk menyadarkan umat. Untuk memulihkan roh dosa ke asalnya, dikipasi dengan kipas pemulih roh.

RohDosa 1 : Semasa masih hidup, saya bekerja di sebuah instansi pemerintah. Karena saya sendiri tak punya prestasi apa-apa, melihat teman sekantor naik pangkat, lalu timbul rasa iri di hatiku yang jahat. Dalam hati saya menggerutu pada manager "tidak adil dan pilih kasih," akhirnya jadi dendam. Saya selalu menggunakan kesempatan membuat laporan palsu kemudian saya adukan kepada atasan, mengatakan si Anu menggunakan alasan palsu untuk bolos, melakukan tindak korupsi dan lain sebagainya, dengan tujuan mencelakakan orang lain. Hanya karena itu, empat tahun yang lalu saya terjangkit penyakit kanker lever dan akhirnya meninggal. Petugas neraka si Hitam dan si Putih membawa saya masuk neraka, dikawal sampai di hadapan Panggung Cermin Dosa, tertampak dosa saya semaas hidup yang mengerjai dan mencelakakan teman sekantor. Saya lalu diserahkan ke Astana kelima untuk diadili, Yam Ong marah besar, mencela diri sendiri tak punya kepandaian tetapi tak tahu diri, malah iri dengan orang yang punya kepandaian, lalu mencari akal mencelakakan orang, hatinya amat jahat. Akhirnya saya dikirim ke sini untuk menerima hukuman. Siang malam dadaku dibedah dan hatiku dipotong oleh prajurit neraka, tak kepalang tanggung sakitnya, semasa hidup tak percaya akan pembalasan karma, sesudah mati deritanya tak terkatakan lagi.

CiHoet : Rasa iri hati terhadap kepandaian orang tak boleh dimiliki, kau merusak kekompakan organisasi, menjadi biang kerok dalam kelompok, sungguh tercela. Orang yang awam semestinya banyak belajar dari kepandaian orang lain, serta menghargainya, dengan demikian setiap hari akan semakin bertambah pengetahuannya, kalau tidak, hatinya perlu dibedah, maka akan seperti roh dosa ini.

RohDosa 2 : Semasa hidup sebagai penganut agama Buddha, saya membina diri dalam rumah tangga sebagai Upasaka, saya banyak membaca sutra Buddha, saya pikir selain ajaran Sang Buddha semua adalah ajaran sesat dan pembimbing sesat. Setiap kalo bertemu dengan orang yang menganut kepercayaan lain, saya selalu memandang rendah. Jika bertemu dengan seorang penganut Taoisme, saya selalu berkata kepadanya " "Apa yang Anda sembah itu tak lain adalah para dewa dan setan dari aliran sampingan yang rendah derajatnya, kelak Anda takkan bisa terangkat naik ke atas (surga)". Ada juga orang yang memberi saya kitab-kitab suci yang ditulis oleh Roh Suci pada Vihara Perguruan Roh Suci, sayapun tak sudi melihatnya, seraya berkata ""Itu praktek kerasukan setan, pena sakral itupun palsu, jangan percaya pada ajaran sesat gituan!" semasa hidup hanya berusaha sebisanya mengumpat, mencemarkan dan memburuk-burukkan kepercayaan agama lain, mengira dirinya telah memahami ajaran Buddha yang tiada taranya, siapa tahu setelah meninggal tak mendapatkan jalan yang menuju Surga di sebelah Barat, tetapi malah langsung menuju neraka, sewaktu meninggal tak menjumpai Para Suci dan Dewa yang menjemput dan membimbing saya pulang, tetapi malah didatangi dua utusan neraka yang menggiring saya masuk ke Neraka, dan diantar sampai ke Astana kelima, Yam Ong tak senang hati, saya dihardiknya : "Kau adalah pengkhianat Sang Buddha, sedikit rasa welas asihpun tak ada, meski berpantang, namun batinnya masih menyimpan rasa dengki, mengumpat agama lain secara ngawur, tak insaf akan sifat kesetaraan Buddha Dhamma. Setiap perguruan memiliki Jalannya sendiri, dan setiap Jalan ada kebenarannya tersendiri, alakan membina dan memupuk amal kebajikan, tak melanggar aturan dan melakukan kejahatan, semuanya adalah ajaran yang benar, kau pikir ilmu Buddha Dhamma tak terhingga batasnya, namun siapa kira ajaran agama lainpun memiliki "kesaktian yang luar biasa", lalu apa gunanya menampar mulut orang dan menganggap diri lebih cakap?". Saya menyesal semasa hidup bersikukuh dan berprasangka, bersikap angkuh dan sok percaya diri, hanyut dalam keakuan sendiri, sehingga timbul hati mengumpat, metodenya, keTuhanan nya, ajarannya, semua diumpat, watak keBudhaannya sudah holang, sehingga mengalami nasib seperti ini! Saya menitip pesan pada teman-teman seDharma, janganlah maniru perbuatan saya, sehingga sia-sialah jerih payah semasa hidup.

CiHoet : Sayang sekali engkau membicarakan ajaran Buddha Dhamma tetapi menutup watak keBudhaanmu sendiri, hati seperti itu tak saja perlu dibedah, kelak di kemudian hari masih harus menanggung derita di "Neraka Cabut Lidah".

RohDosa 3: Saya menjadi Medium Utama pada salah satu Vihara Perguruan Roh Suci, mula-mula saya serius dalam melaksanakan tugas penegakan medium dan pembeberan ajaran Roh Suci, pengontakan dengan para Suci sangat tanggap, belakang hari karena ketua Vihara tiada perhatian terhadap saya, lalu saya berpikir, setiap kali ada acara, saya begitu mengabdi dengan susah payah, rasanya tak ada gunanya, maka pupuslah semangat saya, lalu saya berkata pada para siswa medium : "Kegiatan penegakan medium merupakan rekayasa manusia belaka, kalian jangan percaya". Para siswa medium mendengar kata-kata saya lalu hilang keyakinannya, sejak itu tak lagi datang ke Vihara membina diri dan berguru pada Roh Suci, sayapun meninggalkan Vihara tak lagi menjadi Medium. Selang tujuh tahunm saya jatuh sakit dan akhirnya meninggal, roh saya dikawal utusan neraka dan dibawa sampai Astana kelima, Yam Ong marah, celanya : "Kau menjadi Medium Utama mseki tiada mendapat perhatian dari pihak Vihara, namun tak pada tempatnya mengumpat Roh Suci, kau telah melakukan kesalahan besar, harus dihukum masuk "Neraka Congkel Hati" selama 15 tahun, sebagai ganjaran terhadap "Hati yang mengumpat para Suci", di kemudian hari masih diserahkan ke neraka lain untuk dihukum lagi. "Kini ingin menyesalpun sudah terlambat, mohon Buddha Ci Kung mintakan belas kasihan untuk saya.

CiHoet : Persinggahan Roh Suci mewakili para Suci, umat di dunia sekali-kali tak boleh mengumpatnya, kalau sampai melanggar, dosanya takkan terampuni. Kemunculan Kegiatan Penegakan Medium untuk menyadarkan umat adalah berdasarkan kebutuhan zaman, agar umat bisa terlintaskan secara merata, itupun harus ada Titah dari Kaisar Giok Tee, barulah bisa membuka Vihara dan membeberkan ajaran. Orang yang mengumpat berarti telah melecehkan Yang Dimuliakan di atas surga, dosanya sungguh tak ringan.

Melawat ke Sub Seksi Congkel Hati

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 32
Melawat ke Sub Seksi Neraka Congkel Hati

"Sungguh menyedihkan prilaku yang melecehkan Malaikat dan ingkar akan leluhurnya, Sedangkan pemujaan pada sesuatu yang berasal dari luar negeri dan ingkar pada sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri dapat dikatakan sebagai orang yang sudah kehilangan Budi Utamanya. Padahal paham moralitas dari Tiongkok telah diwariskan turun temurun secara berkesinambungan hingga ribuan tahun, Ini jelas merupakan jasa dan karya besar dari para budayawan terkemuka."

Kebudayaan moralitas Tiongkok sebenarnya merupakan kristalisasi dari saripati langit dan bumi, sehingga sekalipun telah mengalami masa waktu yang lama tetap saja terasa seperti masih baru, sampai sepuluh ribu tahunpun takkan terputuskan. Patut disayangkan sekali karena hati manusia cenderung menjunjung tinggi realitas dan mengejar materi, sehingga memandang rendah kebudayaan milik bangsa kita sendiri, dan malah memprakarsai westernisasi (kebarat-baratan) secara keseluruhan. Kedai miras (minuman keras) dagingpun menjamur, praktek prostitusi dan kebrutalanpun mewabah dalam masyarakat. Golongan orang yang mengabaikan kebudayaan sendiri itu hanya memuja segala sesuatu yang berasal dari luar negeri tetapi malah ingkar terhadap sesuatu yang berasal dari bangsa kita sendiri. Kita sungguh malu menjadi keturunan Kaisar termulia Yen Ti dan Huang Ti yang telah memiliki latar belakang sejarah 5000 tahun lamanya. Apalagi akhir-akhir ini pengetahuan dan tekhnologi mengalami kemajuan yang pesat. Dikiranya manusia bisa mengungguli Yang Di Atas, tetapi mereka tak sadar apa yang telah dicapai oleh manusia ibarat setetes air di samudra raya, sekalipun memiliki tehnologi canggih, tak lain hanyalah ibarat riak kecil dalam samudra. Dengan tekhnologi maju malah merusak lingkungan dan alam, bahkan dikatakan bisa mengungguli Yang Di Atas, ini jelas merupakan sinisme yang pada akhirnya hanya akan menuari malapetaka sendiri. Jika manusia meninggalkan alam ini, maka kehidupannya akan menjadi abnormal. Inilah yang patut direnungkan oleh orang yang manusiawi.

Di depan "16 Sub Seksi Neraka Congkel Hati" sudah terdengar suara jeritan yang mengerikan. Hati para umat sudah berubah, sehingga sesampainya di Neraka mau tak mau hatinya harus dicongkel untuk diobati.

Dari dalam penjara tampak para setan gundul. Semuanya dengan menggunakan pisau membedah dada roh dosa, langsung mencongkel hatinya, layaknya menyembelih babi, dan mencongkel hatinya. Para roh dosa dalam keadaan terikat di tiang kayu, lalu dadanya dibedah, hanya terdengar sekali jeritan, sudah langsung pingsan. Sebenarnya dosa apakah yang mereka lakukan?
Perwira menyiramkan roh dosa itu dengan Air Pemulih Roh, sungguh ajaib, begitu diguyur, dada masing-masing roh dosa kembali utuh, orangnya siuman lagi.

Dikeluarkan beberapa roh dosa untuk mengatakan sendiri dosa mereka.
Roh Dosa : Siap! Mohon Yam Ong bisa meringankan dosa saya, bolehkan?
Yam Ong : Kau ceritakan dahulu, nanti saya pertimbangkan.
Roh Dosa : Baiklah. Semasa hidup. Saya mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Karena pikiran saya dipengaruhi oleh paham pembaharuan, saya terbius oleh paham pembaharuan, saya terbius oleh Westernisasi. Di dalam kampus ada seorang dosen yang beragama Kristen, ia menasehati saya masuk agamanya, selain bisa memperdalam bahasa Inggris, masih ada kesempatan untuk ke luar negeri. Saya pikir demi masa depan, cara itu bisa merupakan salah satu jalan keluar yang baik, saya lalu menurutinya. Semenjak itu, setiap ada waktu saya lalu pergi ke Gereja mendengarkan kotbah pendeta dan belajar bahasa Inggris. Setiap umat mengenakan pakaian yang sesuai dengan trend modern, oleh karena itu penganutnya kebanyakan dari golongan muda mudi. Tidak saja saya bisa menimba ilmu, bahkan masih bisa berkenalan dengan teman-teman, lagi pula seringa mengadakan kegiatan, sungguh merupakan semacam Organisasi Kepemudaan. Setelah dibaptis, dalam hati saya berpikir, adat kepercayaan di kampung halaman yang menyembah Dewa dan Buddha sudah tak sesuai dengan arus zaman, semuanya itu adalah menyembah berhala, kepercayaan yang sesat. Suatu ketika bertepatan dengan liburan musim panas, saya pulang ke kampung halaman dan bertekad ingin merubah kepercayaan keluargaku. Mula-mula saya berusaha mempengaruhi ayah dan ibu, agar cepar-cepat meninggalkan penyembahan berhala, tetapi ayah dan ibu terlalu bersikukuh, bagaimana pun juga tak mau menerimanya. Seketika itu sayapun marah, lalu mengambil papan nama arwah leluhur yang berada di atas meja sembahyangan leluhur dan membuangnya ke lantai. Melihat tindakan saya, ayah dan ibu tak kepalang marahnya, lalu menghantam saya dengan kursi. Saya mendapat pukulan batin atas kejadian itu, semenjak itu saya tak pernah pulang rumah lagi. Setelah lulus kuliah, saya ikut sang pendeta pergi berkotbah kemana-mana dan menetap di dalam gereja. Pada suatu ketika, dalam sebuah tragedi musibah kecelakaan kendaraan, sayapun tewas. Pada saat meninggal, ternyata Sang Juru Selamat Jesus Kristus tak datang menjemput saya dengan kebanggaanNya untuk pulang ke Surga, malah dikawal oleh dua setan jahat sampai ke Neraka, dan diadili oleh Yam Ong, akhirnya dihukum masuk ke penjara "Neraka Congkel Hati". Mohon Yam Ong mengampuni dosa saya.
Yam Ong : Kepercayaan terhadap agama sebenarnya tak terbatas oleh wilayah, agama apa saja boleh dianut, tetapi kau lupa daratan, sampai-sampai merusak papan nama arwah leluhur. Kalau cara kau menganut agama semacam ini, bagaimana bisa mengajar umat supaya ingat akan sumbernya? Ibarat minum air tak lupa akan sumbernya? Meski para penyebar injil mengatakan jangan menyembah terhadap "sesuatu yang berhala", tetapi kau tidak menyadari akan Hakekat Kebenaran, bahwa keyakinan terhadap Salib, kitab Injil dan Pendeta juga sama halnya merupakan "Sesuatu yang berhala", mengapa kau juga menganutnya? Apa yang dimaksud dengan "Menyingkirkan sesuatu yang berhala", ialah menyuruh engkau memandang kosong semua wujud palsu yang ada di dunia, jangan bernafsu serakah terhadap kesenangan lahiriah, sebaliknya justru perlu untuk mengisi kekosongan batin. "Tidak menyembah yang berhala", artinya menjunjung kepercayaan spiritual, untuk mencapai hidup yang kekal. Ternyata engkau telah menyalah-artikan makna ini, dengan merusak papan nama arwah leluhur. Maka alur budi dari leluhur terputus. Coba saya ingin tanya, dari manakah kau dapatkan badanmu ini? Apa nama margamu? Apa yang kita dapatkan, semuanya adalah pemberian leluhur kita, di atas langit adalah "Tuhan Yang Besar", sedangkan leluhur adalah "Tuhan yang kecil". Prilaku engkau lupa akan akarnya dan melecehkan leluhur, sebenarnya bukan maksud tujuan Tuhan, maka kau tak diterimaNya masuk Surga dan terpaksa terperosok masuk Neraka. Karena kau telah mengaku dengan jujur, maka kau mendapat keringanan masa hukuman dua bulan. Sesudah selesai menjalani masa hukuman, akan dititiskan kembali ke dalam Enam Jalur Tumimbal Lahir.

Tujuan utama menganut suatu agama adalah membina hati, pikiran dan rohani, bukannya malah khawatir akan sesuatu dan mencari susah diri sendiri, saling memboikot, menganggap kepercayaan yang dianutnya yang paling benar. Hukum Langit sudah ada ketetapan : "barang siapa yang menyalahkan agama orang lain dan membenarkan agamanya sendiri, berarti sudah timbul hati yang membeda-bedakan. Bila hati yang welas asih dan kasih universal sudah hilang, maka takkan bisa mencapai kesempurnaan jiwa, berarti para Nabi dan para Suci, para Dewa bisa timbul perselisihan dan gesekan, Surgapun akan menjadi medan perang. Mana bisa disebut Alam Surga yang penuh suka cita, damai dan tenang?

Mendengar Penjelasan Yam Ong Tentang Pembedahan Hati

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 31
Melawat ke Astanan Kelima
Mendengar Penjelasan Yam Ong Tentang Pembedahan Hati

"Orang yang berhati jahat, keji dan busuk dihukum oleh setan
yang keji.
Segala intrik dan tipu muslihat apapun akhirnya sirna.
Raja Yam Ong berwajah besi terkesan menyeramkan,
sesudah meninggal baru tahu sewaktu di dunia salah jalan."

Di luar Astanan kedatangan arwah-arwah, masing-masing orang wajahnya sudah pucat, dan tampak sangat gelisah.
Di dunia sudah terdengar kabar, tentang keberadaan Astana Neraka yang kelima, bahwasanya Yam Ong adil, jujur dan tak bisa disuap, hukumannya keras, para roh dosa mendengar nama Yam Ong saja langsung ketakutan, maka bila sampai di sini setiap orang pasti takutnya setengah mati.

Umat di dunia telah megenal Yam Ong Astana kelima, dijabat oleh Judge Bao, ternyata memang luar biasa. "Kepala Dingan" mengandung arti wajahnya terpancar sikap yang tegas, sedangkan 'Kwan Im besi" menyiratkan sosok Bodhisatwa yang berhati keras, memang seperti itulah pembawaan Tuan Judge Bao.

Sikap manusia di dunia panas dingin tak menetu, mereka menyikapi sesama hanya berdasarkan seleranya. Di dalam realitas kehidupan masyarakat, sering kita saksikan adanya gontok-gontokan, tipu menipu, atau menjalankan praktek mesum di samping usaha yang dibidanginya, untuk meraup keuntungan yang lebih, seperti bisnis hotel, losmen, salon kecantikan, barbeque, panti pijat, restauran, rumah makan, dan lain-lainnya. Bidang-bidang usaha semacam itu banyak yang sudah diselewengkan, menggunakan kecantikan wanita untuk menggaet orang. Setiap hari siang maupun malam, Penguasa Neraka mengutus Petugas Ronda memantau terus menerus. Perbuatan amoral yang dicatat tiada habis-habisnya, sampai kewalahan rasanya, bahkan ada pula yang mati di tempat mesum. Roh-roh cabul semacam ini, kini semuanya ditahan di Neraka menerima siksa. Merusak moralitas masyarakat setempat termasuk dosa yang terberat. Oleh karena itu, janganlah menjalankan bisnis pencabulan, sebab dosanya akan sulit terlunasi bahkan sampai tiga kelahiran. Penguasa Astana kelima, sangat tegas dan tak pilih kasih, para roh dosa yang dikirim kemari, semuanya ketakutan, karena hukuman yang dijatuhkan adil dan tegas. Jika umat di dunia tak mau insyaf dan merubah diri, kelak bila sampai dikirim ke sini akan tahu sendiri rasanya, dan jangan menyalahkan penguasa tak ada belas kasihan. Neraka ini disebut pula "Neraka Besar Berjeritan", roh dosa yang masuk penjara ini, pasti menjerit-jerit kesakitan, apalagi "Sub Seksi Neraka Congkel Hati", khusus membedah hati manusia yang keji, jahat, berbisa, membenci, menggerutu, cabul, amoral, cemburu, berat sebelah, egois, nekad, munafik, curang, hati binatang, dan hati serong lainnya, hukumannya sadis, ini bukan karena penguasa tega, melainkan orangnya yang terlalu jahat, sehingga mengundang malapetaka pembedahan hati sendiri.

Meninjau "Panggung Menerawang Kampung Halaman" Bertemu Raja Shen Lo

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 30
Melawat ke Astana Kelima
Meninjau "Panggung Menerawang Kampung Halaman" Bertemu Raja Shen Lo

"Melawat ke Alam kuasa Neraka menelusuri bagian demi bagian,
sampailah ki
ni pada gerbang pemeriksaan yang kelima,
Menyusun kitab menyadarkan orang yang keras kepala,
Mengayunkan tangkai pohon persik, si Iblis yang jahatpun takluk,
Bunyi talu Genta yang memberi peringatan kepada umat di dunia
kini menggema ke seluruh penjuru jagad raya."

Dewa dan Buddha adalah satu keluarga, sama halnya jika umat di dunia membeli dua unit sepeda motor yang merknya berbeda, masing-masing mengklaim mutunya kelas tinggi, tetapi pada umumnya orang tak tahu bahwasanya "Dasar Hati"nyalah yang bisa menetukan baik buruknya sesuatu. Hati manusia bak sebuah mesin, jika kondisi mesinnya baik ditambah "Dasar Hati"nya datar, berkendara di jalan raya (Tao yang Agung) dengan sendirinya akan lancar.

Di depan sana sekelompok orang berdesakan. Semuanya sedang menuju anak tangga. Para roh dosa pria dan wanita berjalan maju dengan dikawal petugas, tetapi ada juga yang tanpa dikawal, senyum mengembang di wajahnya, dengan cerianya menaiki anak tangga, tempat apakah itu?
Tempat itu adalah "Panggung Menerawang Kampung Halaman", untuk melihat keadaan anak cucunya yang masih berada di dunia. Setelah melihat, maka tak terelakan lagi rasa pilu di hatinya, dan tak hentinya menangis. Roh-roh yang tak menjalani hukuman dengan hati yang gembira juga naik ke atas Panggung Menerawang Kampung Halaman, ingin melihat bagaimana keadaan anak cucunya yang masih berada di Alam Dunia.

Arwah-arwah yang ke Astana kelima pasti akan terlebih dahulu melewati Panggung Menerawang Kampung Halaman, untuk menengok keadaan anak-cucunya yang masih berada di Alam Dunia, karena pada umumnya para arwah banyak yang terlalu terikat oleh ikatan batin, masih memikirkan anak cucunya yang ada di dunia, maka tak dibedakan apakah ada dosa atau tidak semuanya ingin kemari untuk melihatnya.

Hubungan yang wajar dan normal dengan sesama memang sulit untuk dihindarkan. Di depan terlihat petugas Neraka sedang mangawal seorang kakek, setelah ia menerawang pada panggung ini air matanya berduduran dengan deras, menangis dengan pilunya, tak tahu dikarenakan apa?
Si kakek ini semasa hidupnya ada berbuat dosa, sehingga dihukum di Neraka, kini masa hukumannya sudah habis, dan datang kemari untuk melihat keadaan anak cucunya, ternyata anak cucunya tak merasa sedih sedikitpun. Ada yang sedang menintin TV di ruang duduk, ada yang sedang bermain di halaman, sama sekali tak teringat akan leluhurnya. Dalam hatinya berpikir : semasa hidup bersusah payah banting tulang demi kepentingan mereka, sungguh tiada arti sama sekali, maka pilulah hatinya.

Jika semasa hidup tak baik-baik membina Jalan KeTuhanan, berharap anak cucu akan mengangkatnya, sungguh amatlah sukar, karena anak cucu ada yang sama sekali tak percaya tentang Hukum Karma, Dewa, Buddha dan para Suci, mana bisa punya pahala mengangkat arwahnya? Setibanya di Neraka ingin menyesal pun sudah terlambat, maka mumpung hayat masih dikandung badan, banyak-banyaklah beramal, dengan begitu akan lebih terjamin.

Daya kreatifitas langit dan bumi sungguh tak dapat dibayangkan. Di depan sana datang satu arwah lagi, tetapi ia tanpa pengawalan, malah dibimbing oleh Petugas Neraka, tampak wajahnya tersenyum, apakah sebabnya?
Orang ini semasa hidupnya berhati baik, juga membina Jalan KeTuhanan pada suatu Perguruan Suci, tetapi pahalanya tak begitu besar, meninggalnya belum begitu lama. Kini ia melihat anak cucunya sedang bersembahyang berlutut di hadapan meja abunya, ketaatan hati (bhaktinya) terhadap orang tua mengharukan dia, karena pandangannya terhadap kehidupan manusia bisa serba lepas, meski amal jasanya tak besar, tetapi dirinya sadar bahwasanya manusia takkan terhindar dari masalah hidup dan mati, maka ia tak punya rasa sedih, ia akan dimasukkan ke dalam "Kamp Penampungan Orang Baik" untuk melatih diri lagi. Di kemudian hari baru bisa menerima pahala keDewaannya.

Mengapa para arwah setibanya di "Panggung Menerawang Kampung Halaman", bisa segera melihat dan mengetahui keadaan di Alam Dunia?
Para arwah sudah tak mempunyai jasad lagi, karena sudah meninggal, sistem kehidupannya tentu berubah, maka dari alam Im bisa melihat alam Yang, apalagi roh alam Im bisa berubah-ubah dalam berbagai macam bentuk, sedangkan orang di alam dunia (alam Yang) tidak bisa.

Lawatan Ketiga Kalinya ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak Ke 29
Lawatan Ketiga Kalinya ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

"Adanya sarana Persinggahan Roh Suci tak lain bertujuan dengan
hati welas asih menolong umat,
Memberi tuntunan berKeTuhanan dan bimbingan Dharma agar
amal kebajikan terpupuk terus,
Pemberian petunjuk atas ketersesatan memerlukan tuturan
kata dari para Suci,
Sehingga dapat menolong orang dari deraan kesusahan dan
menghindarkannya dari bencana dan malapetaka."

Kareana hati welas asih, sangat iba melihat penderitaan umat, Para Dewa dan malaikat suci turun melalui sarana Medium untuk menolong umat; Tetapi oleh para Taois palsu dan Malaikat palsu (roh yang memalsukan identitas mengaku sebagai para suci), dijadikan usaha menggaet harta dan tujuan jahat lainnya. Hukuman atas dosa itu harus diperberat. Para ahli nujum membanggakan diri atas "Mulut Besi" nya, (disebut "Mulut Besi" karena hitungan ramalannya tak bisa diubah dan ditawar-tawar lagi). Namun ada yang menggigit orang tanpa mengeluarkan darah, bagaikan mulut harimau dan serigala yang beracun. Murid durjana yang merusak nama dan citra Pendiri Ilmu Nujum Kui Ku Sian She, setelah meninggal pasti dihukum keras oleh Yam Ong. Di kemudian hari terpaksa dilahirkan kembali menjadi burung yang menghuni pedalaman lembah gunung yang liar, dan kala itu hanya bisa menyuarakan kicauan cici caca yang merdu melalui "mulut besi"nya.

Kumbang beracun memenuhi ruangan, manusia dijadikan sarangnya, semua terbang hinggap di badan roh dosa, ini bukan sedang membikin madu, melainkan menyebarkan racun!

Kala di dunia mereka sudah banyak mengenyam manis, kini kemari terpaksa harus mengecap getir. Karena kesakitan, roh-roh dosa menjerit-jerit dengan tragisnya, mereka panik dan lari kalang kabut, namun tak ada jalan untuk menyelamatkan diri.
Inilah yang namanya "Ada jalan menuju ke Surga, ia tak mau menempuhnya, sedangkan Neraka tiada berpintu malah memaksa masuk." (sebuah pepatah yang lazim dalam bahasa Mandarin), ya begitulah nasibnya.

Dewasa ini di dunia banyak terdapat Penyelenggara atau Ketua Kelenteng mencatut nama Tuhan atau Sin Bing (Malaikat) menggaet harta atau wanita, sehingga terus menerus mendapat celaan dari kalangan masyarakat yang representatif (mewakili). Akibatnya akan mempengaruhi kekhidmatan, kesakralan dan kebersihan nama tempat ibadah, roh dosa yang dikirim ke "Neraka Kumbang Beracun" kian bertambah.

Dikeluarkan beberapa roh dosa yang sifatnya mewakili perbuatan dosa mereka untuk menceritakan sendiri perbuatan amoral semasa hidupnya.

RohDosa 1 : Semasa hidup, saya menjadi Medium Roh Suci Jendral Chung Than di sebuah klenteng. Mula-mula, roh Malaikat turun meminjam raga saya untuk menolong umat, dan memang sungguh menolong banyak orang, penyakit yang tak bisa diobati oleh dokter telah disembuhkan semua oleh kesaktian Roh Jendral Chung Than. Belakangan saya lihat penganutnya semakin banyak dan ada kalanya Jendral Chung Than tiada di tempat, saya pun pura-pura pasang aksi dan gaya seperti layaknya kedatangan Roh beliau, sehingga menyia-nyiakan pasien yang minta pengobatan. Selain itu, saya juga sering mengambil kesempatan memberitahu umat yang butuh pertolongan sedang terkena nasib sial atau sedang digoda oleh lilitan iblis, harus diadakan upacara selamatan untuk mengusir gangguan-gangguan itu, baru bisa terhindar dari musibah. Tetapi orang yang mau mengadakan selamatan (Si Swak) harus membakar uang-uangan dalam jumlah banyak. Untuk biaya selamatan, besarnya bervariasi, ada yang saya minta 1000, 2000 atau 3000 yen, semua itu sebenarnya bukan maksud Roh Malaikat. Semasa hidup tak sedikit meraup keuntungan, saya pun bisa membeli rumah gedung bertingkat, menikmati kehidupan yang mewah. Setelah meninggal saya dikawal petugas Neraka samapai ke Astana ke Empat, Yam Ong marah besar, katanya "Engkau sebagai Medium Jendral Chung Than, seharusnya menunggu Rohnya masuk secara penuh baru mengadakan pertolongan kepada umat, tetapi kau malah meminjam nama Sin Bing (Malaikat) untuk menggaet harta, jasamu menolong umat dibanding dengan dosamu menggaet harta, lebih banyak dosa dari pada jasanya, maka mendapat hukuman masuk "Neraka Kumbang Beracun". Setiap hari saya digigit oleh Kumbang Beracun, sakit dan gatalnya tak tertahankan. Semasa hidup, badan saya ditusuk dengan pisau atau pedang saja saya tak merasakan apa-apa (punya daya kekebalan), tetapi kini sengatan seekor kumbang saja sakitnya sampai tembus ke jantung dan paru-paru, mau menyesal sudah terlambat. Titip pesan kepada para Medium Roh Suci di dunia, haruslah bermotivasi menolong umat, jangan sampai di tengah jalan murtad, dan jangan menggunakan kesadaran pribadi dan mencatut nama Sin Bing untuk menipu orang, agar kelak tidak sampai mengikuti jejak saya.

CiHoet : Penggunaan cara-cara Medium Roh Suci sebagai usaha penyelamatan umat, pada mulanya merupakan tradisi Agama Tao, dimaksudkan untuk melengkapi ketidakmampuan pengobatan biasa, maka dibantu dengan pengobatan Sin Bing (Malaikat), ini merupakan wujud kasih Tuhan yang suka memberi kehidupan. Tetapi di kemudian hari telah diselewengkan orang sebagai alat yang handal untuk menggaet harta, jelas terang-terangan mengkhianati kasih Tuhan yang suka memberi kehidupan, ini merupakan kesalahan para Medium. Menolong orang dengan menjalankan praktek medium, jika hanya mempersilahkan orang menyumbang secara suka rela sekedar untuk menyambung hidupnya, memang tidak dapat dipersalahkan, tetapi jika sampai dikomersialkan dan dijadikan transaksi, maka statusnya yang semula sebagai "Tabib Sin Bing" akan langsung berubah menjadi "Buaya Sin Bing". Tidak saja tidak diperbolehkan oleh hukum di dunia, oleh hukum Neraka pun takkan terampuni.

Giliran roh dosa berikutnya untuk menjelaskan dosa-dosa semasa hidupnya.
RohDosa 2 : Semasa hidup saya adalah seorang ahli Nujum. Saya mendalami Ilmu Nujum, membuka praktek dengan cara berkeliling (tukang ramal jalanan), sering membuka dasaran di pasar malam, memberi petunjuk pada orang yang sedang ada permasalahan. Suatu ketika, karena tamunya sepi dan kebetulan ada seorang pemuda yang minta petunjuk dan saya lihat tampangnya seperti orang perantauan, maka saya lalu membual, mengatakan kepadanya bahwa nasibnya belakangan sedang dilanda kemalangan dan harus diselamati (Si Swak), jika tidak, maka masa depannya akan suram. Saya pernah mempelajari pembuatan tulisan mantra bertuah (semacam rajah, biasa disebut "Hu") bisa merubah tata letak perbintangan (merubah nasib yang sedang malang). Pemuda itu ternyata percaya, ia pun masuk perangkap saya. Setelah saya adakan selamatan, saya meminta bayaran 1500 yen. Lalu seterusnya, saya menjalankan "jurus pamungkas" ini untuk menipu harta orang. Setelah meninggal, saya dihardik Yam Ong dengan mengatakan bahwasanya saya mempelajari ilmu nujum tetapi tiada bermoral, mengakali dan menipu uang orang, akhirnya saya dihukum masuk "Neraka Kumbang Beracun"selama 12 tahun. Sekarang ini saya baru menjalani 3 tahun lebih, hari-hari seterusnya masih banyak penderitaan, kumbang beracun itu tidak memberi madu, yang ada hanya tusukan beracun, sekujur badan bengkak-bengkak dan gatalnya bukan main, saya sungguh menyesal.

CiHoet : Semasa hidup suka merayu dengan kata-kata manis, kata-kata berbunga-bunga, membual akan kesaktian ilmu yang dimilikinya, tetapi ternyata bagai seekor kumbang beracun, banyak mencelakakan orang, sedikit menolong orang, maka patut menerima ganjaran seperti ini. Sekalian Ku nasehati para ahli Nujum yang ada di dunia, mendalami sesuatu ilmu untuk kegunaan diri, memberi petunjuk kepada orang yang bermasalah harus berdasarkan Hakekat Kebenaran, memberi solusi atas kesulitan dan kebimbangan orang, pahalanya akan berlimpah. Tetapi jika, meramalnya ngawur, pikirannya hanya ingin menggaet kocek orang, maka ia tak layak disebut sebagai ahli Nujum, dan hukuman Neraka akan menantinya.

YangSheng : Pejabat, saya mohon tanya, orang-orang yang tergolong "Buaya Sin Bing" sesudah meninggal apakah semuanya ditahan di sini?

Pejabat : Tidak tentu, karena ada pula yang menggaet wanita, atau kasusnya lebih khusus, maka akan ditahan di Penjara Neraka yang lain, yang ditahan di Neraka kami, hanya sebagian saja.

Medium : Seseorang yang dapat bertindak sebagai penghubung antara roh orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup, dengan cara membiarkan diri kemasukan roh itu.

Melawat Kembali ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak Ke 28
Melawat Kembali ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

"Sungguh besar budi karunia suci Guru dari Alam Dewata
melintaskan diriku,
KasihNya dalam, budi kebajikanNya tinggi, takkan ku lupakan,
Tetapi mengapa di dunia ini masih saja banyak pembina Jalan
KeTuhanan yang salah jalan,
Membinanya malah menjadi 'Buaya' KeTuhanan, sehingga pada
akhirnya harus mempertanggungjawabkan segala sesuatunya di
Pengadilan Akherat."

Para Nabi, para Suci, para Buddha dan Dewa turun ke dunia dengan tujuan melintaskan umat, memberi inisiasi, menerimanya sebagai murid, mendidik dan mengubahnya, membina yang sejati, tak lain hanya berharap agar umat di dunia bisa berhasil membina hingga memperoleh pahala yang benar-benar besar dan dalamnya Karunia Tuhan dan Budi Guru, tiada taranya, di dalam sebuah ungkapan dikatakan :
"Satu haru pernah menjadi gurumu, seumur hidup akan menjadi ayahmu." Demikianlah ikrar Sang Guru Sejati, maka dari itu, sudah seyogianyalah mematuhi nasihat Guru, mencontoh prilaku Sang Guru. Tetapi ada sementara anak yang durhaka, menghianati Tuhan dan merusak moralitas, mencatut nama Tuhan atau para Malaikat untuk menggaet untung atau wanita, tak membina diri agar mencapai keBuddhaan atau keDewaan malah menjadi preman atau "buaya"-nya tempat ibadah. Tak mau menempuh jalan menuju ke Surga, malahan diantar sampai ke Pengadilan Akherat untuk diadakan perhitungan, sungguh tak ringan dosanya. Setiapa orang yang sudah masuk Perguruan Suci namun melanggar aturan pantangan dan kedisiplinan, maka menurut peraturan Hukum di Alam Neraka hukumannya amat berat. Tak peduli uma di dunia itu membina Jalan Suci melalui perguruan apapun, tetap harus menjaga aturan pantangan, kedisiplinan, dan aturan tata krama Perguruan Sucinya, agar tidak sampai mendapat dosa yang tak terampuni.

Dewasa ini banyak yang mencatut nama Tuhan atau para Malaikat, untuk menggaet harta dan wanita, sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan/kesucian nama agama ortodoks (tradisional, resmi, sah) serta suasana khidmat dan sakral.

Kumbang beracun beterbangan memenuhi ruangan, begitu melihat roh dosa langsung menggigitnya. Kulit dan daging masing-masing roh digigit sampai bengkak merah tak karuan, kepalanya jadi pusing dan matanya silau.
Tak hanya itu saja, badan akan terasa panas namun takut dingin, karena kumbang beracun ini mengandung racun yang ganas.

Dikeluarkan beberapa roh dosa, untuk mengaku dengan terus terang dosa-dosa yang telah diperbuat semasa hidup. Hal itu diperlukan untuk menyadarkan umat di dunia.

RohDosa 1 : Saya memang keterlaluan, semasa hidup, saya menjadi Kepala Dusun di sebuah desa. Karena di desa akan dibangun sebuah kelenteng, saya diserahi tugas untuk mencari dan mengumpulkan dana, tetapi keuangannya tak beres. Uang yang berhasil saya kumpulkan, sebagian saya sisihkan untuk saya pakai sendiri. Setelah meninggal, saya baru tahu kalau menggelapkan uang Buddha (Roh Suci) itu dosanya berat, sehingga saya dihukum kemari untuk menerima siksa. Kumbang beracun menggigit dengan sadis, sakitnya tak kepalang, sakit terkena tusukan dan gatal-gatal tak tertahankan, coba kau lihat sekujur badan saya merah bengkak. Terhadap urusan Roh Suci umat di dunia harus beres seberes-beresnya. Tak mudah "menelan" atau menggelapkan walaupun cuma sepeser uang milik Roh Suci. Kumbang beracun menggigit saya memang merupakan ganjaran saya, semasa hidup saya hanya melakukan dosa ini, tidak melakukan kesalahan lain.

Pejabat : Kau sebagai Kepala Dusun, seharusnya membaktikan diri bagi warga, membuat sejahtera kampungnya sendiri. Di daerah ada rencana membangun kelenteng, memberi kemudahan bagi warga untuk mengenang dan memberikan hormat kepada para Suci, tetapi kau malah menggunakan kesempatan untuk menggaet harta, dosanya tak terampuni. Roh yang kedua, cepat akui dosamu semasa hidup!

YangSheng : Mohon tanya kepada Bikkhuni ini, Anda adalah seorang biarawati, mengapa juga terperosok ke Neraka? Mengapa tidak pergi ke Tanah Suci (Surga Sukhavati) di sebelah Barat?

RohDosa 2 : Amithabha! Saya berdosa, berdosa! Semenjak umur 15 tahun, saya masuk biara untuk berbakti kepada Sang Buddha, juga mendalami Buddha Dharma, saya pikir dengan cara seperti ini bisa mencapai pahal yang benar. Tetapi iman saya tidak kuat, setiap ada umat (pejimsim) yang mengamalkan uang, diam-diam saya simpan atau saya pakai sendiri, tidak seluruhnya saya serahkan untuk pembangunan Vihara, atau untuk membeli dupa wangi dan minyak; kalau diminta oleh umat untuk Liam Keng (membacakan Keng / Sutra / Doa) juga asal-asalan saja. Jika kebetulan ada keluarga penderma yang meninggal dan mengundang saya untuk mengadakan upacara sembahyangan, lalu saya komersialkan, banyak sedikitnya Keng (Sutra) yang dibacakan tergantung dana yang tersedia, itulah yang dinamakan "ada barang ada harga". Jika ada umat yang tidak mampu mengundang saya, saya tampak kurang senang hati atau cari-cari alasan untuk menolaknya; tetapi kalau yang mengundang dari keluarga kaya, saya usahakan sebaik mungkin mengatur upacara sembahyangannya, untuk menarik hati sang penderma. Dikarenakan semasa hidup amat serakah terhadap harta, setelah meninggal, saya tak dijemput oleh Sang Buddha, malah dijebloskan ke "Neraka Kumbang Beracun" untuk menerima siksa, betapa menderitanya.

Pejabat : Engkau sebagai seorang Bikkhuni, meninggalkan rumah membina Tao (Jalan Suci). Inti pembinaannya adalah menjaga kejernihan dan kesucian batin, serta hidup bersahaja, untuk menempa hati, pikiran dan rohani, tetapi ternyata pikiran duniawinya tetap belum lenyap, masih tamak ingin menikmati kesenangan hidup, dan lebih memuja uang dari pada Sang Buddha. Ini jelas menyimpang dari ajaran Sang Buddha, maka kau dihukum kemari untuk menerima siksa.

CiHoet : Orang yang masuk biara Buddha menjadi biarawan/biarawati, biasanya menanggalkan marga duniawinya dan mengganti marga Buddhis, semuanya menggunakan marga "Sakya", betapa sakral dan mulianya, layaknya Sang Buddha, namun toh tak tahan cobaan kemarakan duniawi, tidak berhati welas-asih untuk melintaskan umat. Bagaimanapun hati yang penuh keduniawian ini tak pantas disepadankan dengan predikat "berhati Bodhisatva". Hanya dengan membersihkan "Tiga Hati dan Empat Wujud", barulah bisa bertemu Sang Buddha. Jika "Tiga Racun dan Panca Kanda" tak disingkirkan, tetap akan mengalami tumimbal lahir ke dalam "Enam Jalur Kelahiran". Berharap pada umat di dunia yang ingin mempelajari Tao atau "Buddha Dharma", jika hati keduniawiannya tidak dimatikan, tetap sulit untuk naik ke Surga.

Melawat ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 27
Melawat Ke Sub Seksi Neraka Kumbang Beracun

"Menganut dan bernaung pada para Buddha dan para Suci haruslah
menunjukkan ketulusan hati yang sejati,
Tanggalkan pisau potongmu, para roh halus pun akan terharu,
Tentang kaidah "Tiga Bersih dan Empat Lurus"
hendaknya perlu dijaga,
Terbukalah awan langit yang cerah untuk ditelusuri hingga
sampai ke kota istana Surga.."

Sungguh tak mudah membina diri hingga bisa mencapai tingkat kedewaan; Apalagi ingin menjaga hati agar mencapai tingkatan para Suci. Di alam dunia banyak berdiri bangunan kelenteng, vihara, kuil, pura dan tempat ibadah lainnya, papan namanya mentereng, berkutat dalam pembahasan kitab Sutra (kitab Keng) dan berdiskusi tentang ilmu metafisika yang dalam-dalam, menjalankan meditasi dan samadhi untuk menyelami hakekat kesunyataan, sebenarnya merupakan tempat untuk melintaskan umat, bagaikan surga di dunia. Tetapi pada zaman sekarang, tak sedikit yang mengatasnamakan para Suci dan para Dewa, secara diam-diam melakukan siasat yang merusak moralitas, atau mengkomersilkan sesuatu yang suci dan sakral, atau membuat patung untuk dijadikan obyek wisata. Banyak variasinya, sehingga kasus memungut harta secara ilegal dan menggaet atau mempesona wanita terus bermunculan. Ini jelas menodai dan melecehkan para suci, dosa atas menipu umat, merugikan dan mencelakakan orang tidaklah sedikit. Hukum Neraka sangatlah keras, sama sekali tiada ampun.

Tampak banyak petugas Neraka sedang mengawal roh dosa masuk ke Penjara Neraka. Sepanjang jalan mereka dicambuki, tangisan dan rintihannya membuat pilu hati orang yang mendengarkannya, apa sebenarnya dosa mereka?

Semasa hidup orang-orang golongan ini menggantungkan hidupnya dari tempat peribadatan, makannya terlalu kenyang, maka setelah meninggal perlu ditindak dalam Kuasa Neraka. Keadaan lebih rincinya tunggu sesudah masuk meninjau ke dalam Neraka baru akan menjadi jelas semuanya.

Neraka ini bernama "Sub seksi Neraka Kumbang Beracun", ada di bawah kekuasaan Astana ke empat. Neraka ini termasuk penambahan baru, karena belakangan ini, orang yang berdosa cenderung terus bertambah. Ketua Pembina Neraka secara khusus menambahkan Neraka ini pada Astana ke Empat, untuk menghajar para roh dosa.

Astaga! Di dalam penuh dengan kumbang, sebesar jempol, berwarna hitam, sepertinya sejenis kumbang kepala macan, kumbang-kumbang itu dengan ganasnya menyerang dan menyengat para terhukum, mereka menjerit-jerit, ingin melarikan diri tetapi tidak bisa, mereka semua berjubel di sudut-sudut tembok.

Kumbang-kumbang beracun ini mempunyai kecerdasan, tidak asal menggigit atau menyengat orang. Karena pada badan para roh dosa itu tersebar hawa yang kotor, maka kumbang-kumbang itu suka mendekatinya. Hal ini bisa dimisalkan demikian, jika keberadaan suatu tempat itu bersih, maka akan jauh dari kerumunan nyamuk dan lalat; sebaliknya barang yang kotor dan berbau, malah dihampiri nyamuk dan lalat.
Kumbang beracun ini tergolong makhluk sakral, khusus menggigit dan menyengat orang-orang yang semasa hidupnya meminjam nama Tuhan atau para Suci untuk menyiasati harta orang, atau menggaet wanita. Mereka dibuat tak berkutik, mau lari juga tak ada jalan keluarnya. Jika roh dosa mau lari, kumbang-kumbang itu malah mengejar dan menyengatnya, lihatlah, pada badan para roh dosa itu terdapat banyak luka di sana sini, lebih-lebih di bagian kepala terdapat pembengkakan. Rupanya racunnya bereaksi, mereka mencucurkan air mata, dengan tertunduk melindungi kepalanya dengan kedua tangan seraya melompat-lompat.

Sadis benar hukumannya, para roh dosa diserang oleh kumbang-kumbang dalam ruangan penjara yang tak seberapa besar, pintu penjara tertutup, tak bisa lari. Apa dosa mereka, sehingga dihukum kemari menerima siksa?
Dikeluarkan dua roh dosa untuk menceritakan tindak kejahatan semasa hidupnya.

RohDosa 1 : Malu benar jika saya katakan, saya kehilangan muka jika berjumpa dengan orang. Saya adalah pengikut salah satu Vihara Perguruan Roh Suci di bagian selatan pulau Taiwan. Karena masuk Vihara sudah beberapa tahun lamanya, saya diangkat menjadi Wakil Ketua Vihara tersebut. Pada suatu ketika, Vihara tersebut menyusun kitab melalui kehadiran Roh Suci yang singgah pinjam raga pada seorang senior, lalu menggerakkan pena sakral untuk menurunkan tulisan-tulisan. Setelah selesai disusun lalu diminta untuk amal cetak dan dibagi-bagikan kepada para penganut di berbagai daerah. Saya pikir, agar bisa dicetak lebih banyak untuk dibagikan kepada para umat, maka dengan sungguh-sungguh sayapun ikut berdharma-bhakti, pergi kemana-mana untuk mencari donatur. Berkat kepandaian saya berbicara, dalam waktu dua bulan promosi amal sudah berhasil dan terkumpul uang sebanyak tiga puluh ribu Yen lebih. Pada saat itu saya punya hutang kepada orang. Suatu ketika kreditor menagih dengan paksa, saya tak tahu bagaimana sebaiknya. Karena pada waktu itu saya memegang uang sebanyak 30.000 Yen lebih, maka saya pikir apa tak sebaiknya sebagian uang saya sisihkan sebanyak 12.456 Yen, selain untuk melunasi pinjaman, masih ada sisa sedikit untuk biaya hidup. Dalam hati, saya pikir tak ada orang lain yang mengetahuinya, tetapi batinku seperti mencela, hatiku merasa tak tenang terhadap Roh Suci yang menjadi Ketua Pengasuh Vihara kami. Tapi pada setiap acara Persinggahan Roh Suci dan Penurunan Tulisan melalui Pena Sakral, Roh Suci yang menjadi Ketua Pengasuh tidak menyinggung-nyinggung masalah uang yang saya korup itu. Tiga tahun yang silam, saya meninggal karena sakit maag yang serius, saya lalu dikawal dan ditahan oleh perwira berKepala Sapi dan Tampang Kuda. Pada saat itu, Roh Suci Ketua Pengasuh juga tampak di hadapanku dan menghardik diriku : "Sekilas pikiran yang melenceng, telah membuatmu tak insaf hingga ajalmu tiba. Karena berbagai faktor keadaan, sewaktu kau masih hidup, saya memang tak langsung menelanjangi kecuranganmu di hadapanmu. Para Roh Buddha dan Dewa turun singgah memberi wejangan, tak lain tujuannya menyadarkan orang untuk berbuat amal dan pantang berbuat jahat. Seluruh hakekat kebenarannya sudah termasuk tuntunan bagaimana caranya menjadi orang yang baik dan bagaimana cara membawakan diri di dalam masyarakat. Kamu banyak membaca wejangan para Suci namun ternyata ajaranNya tak kau pahami, maka patuh mendapat hukuman yang setimpal." Seraya berpesan pada petugas Neraka agar dilaporkan pada Yam Ong, untuk memperberat hukuman saya. Setibanya di Pemangku Kuasa Neraka, Yam Ong gusar sekali, terlebih dahulu saya dikawalnya untuk bercermin di depan Cermin Dosa sehingga tampak dengan jelas semua perbuatanku semasa hidup yang pernah mengkorupsi uang amal cetak kitab itu. Badanku sampai gemetar dan hatiku terperanjat melihatnya. Kemudian saya diserahkan kepada Raja Wu Kwan selaku Penguasa Astana Neraka Ke-4 untuk dihukum. Sebagai putusannya, saya dihukum masuk "Neraka Kumbang Beracun" selama 28 tahun, setelah itu masih diserahkan pula ke Astana Neraka Ke-5 untuk diproses lagi. Setiap hari saya mendapat siksa gigitan dan sengatan kumbang beracun, sekujur badan sakit dan gatalnya tak tertahankan, disana-sini bengkak-bengkak. Saya diincar dan dikerja terus oleh si kumbang, di dalam penjara yang sekecil ini tiada tempat untuk bersembunyi, saya menyesal semasa hidup masuk Perguruan Roh Suci, menjadi murid Roh Suci Ketua Pengasuh, tapi tak mematuhi nasehat dari Wejangan Suci. Meski hanya sekali berbuat kesalahan, namun sudah tak tertolong lagi. Saya berharap para siswa Vihara Perguruan Roh Suci yang ada di dunia, berhati-hatilah dalam bertindak dan bertutur kata. Mata langit takkan bisa dikelabui walau sekecil apapun kesalahan itu. Kini menyesal pun sudah terlambat, saya telah menyia-nyiakan binaan Roh Suci sebagai Ketua Pengasuh dan sesama umat yang membimbing saya, saya sungguh malu sekali.

Pejabat : Engkau masuk Perguruan Suci, tetapi tidak menuruti ajarannya, ini bisa dikatakan menipu Guru dan sesamanya. Pada yang di atas kau menyalahi Roh Suci Ketua Pengasuh, di bawah menyalahi orang yang keluar uang untuk beramal cetak. Tetapi Amal yang sejati takkan takut bertemu dengan Bhikku gadungan, orang yang beramal, begitu niat baiknya tergerak, takkan pupus pahalanya; (sekalipun uang yang diamalkan itu ditilap oleh Bhiksu gadungan), Orang yang tamak pada uang, bila niat jahatnya sudah tumbuh, maka dosa besar langsung menyertai badannya. Bagi orang yang masuk Perguruan Suci, urusan uang harus beres sama sekali, sekalipun nilainya hanya sepeser. Jika tidak, berarti menodai pantangan Perguruan Suci, kelak di Neraka sana, akan dihukum lebih berat, umat di dunia harus waspada!

Menjadi "Sampah" dalam Perguruan Suci, tak beres dalam urusan uang, merusak kebersihan namanya, dosanya amat besar. Hukum Neraka menggolongkannya sebagai dosa yang tak terampuni. Orang yang membina di Jalan KeTuhanan haruslah menjaga pantangan dan kedisiplinan, agar tidak terperosok menderita di dalam Neraka, sehingga di kemudian hari dihukum tumimbal lahir di jalur makhluk dari empat bentuk kelahiran, ingin menyesalpun sudah terlambat.

19 September 2009

Gelas Bocor

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar di Tiongkok. Sang pengeran muda dikenal sebagai sosok yang sombong, arogan, egois, dan segala macam kebiasaan buruk lainnya. Ayah dan Ibu pangeran sudah sering menasehati pangeran untuk mengubah perilaku buruknya, namun tetap saja pangeran tidak menggubrisnya, dan tetap memelihara kebiasaan lamanya.

Suatu ketika, atas saran dari penasehat kerajaan, raja meminta pangeran pergi mengunjungi seorang guru bijak yang tinggal di pelosok negeri itu. Raja sangat berharap, sang guru dapat "menyembuhkan" penyakit pangeran yang sudah sampai tahap kronis.

Guru bijak itu sangat terkenal di seluruh penjuru negeri. Bahkan para nyamuk pun terpukau dengan nasehat-nasehat yang diberikan guru bijak ini kepada pasien yang berkunjung. Motivasi yang diberikan sang guru bukanlah sembarang motivasi, tapi motivasi yang bisa "membakar" seorang yang putus asa menjadi sangat percaya diri. Wuih....!

Pangeran akan diberikan hadiah menarik apabila bersedia mengunjungi sang guru untuk belajar kepadanya. Setelah dibujuk dan diimingi berbagai hadiah menarik, akhirnya pangeran setuju untuk berkunjung ke rumah sang guru.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga hari, sampailah pangeran di pondok sang guru. Tanpa permisi, pangeran langsung masuk ke dalam pondok. Di dalam tampak sang guru sedang duduk bersila menikmati secangkir teh hangat. Dengan ramah sang guru mempersilahkan pangeran muda untuk duduk dan menikmati teh. Setelah duduk, dengan angkuhnya pangeran bertanya kepada sang guru, "Hei, Pak Tua, apa yang bisa kau ajarkan kepadaku? Aku adalah pangeran yang pintar dan cerdas, aku rasa kau tidak bisa menandingi kepandaianku!"

Sang guru tetap tenagn dan menikmati teh hangatnya. Kemudian sang guru berkata kepada pangeran, "Baiklah aku akan mengajarkan satu hal tentang kerendahan hati kepadamu." Sang guru menuangkan teh panas ke dalam cangkir kosong yang berada di depan pangeran. Setengah, lalu satu cangkir telah penuh terisi, namun sang guru terus menuangkan teh ke dalam cangkir yang sudah penuh itu. Tuang terus, terus, terus..... hingga teh itu luber membasahi meja dan tangan pangeran.

"Hei, stop! Jangan tuang lagi tehnya, cangkirnya sudah penuh!" seru pangeran. Selanjutnya kata-kata dari sang guru seakan menghantam pangeran muda ini. Sang guru mengatakan, "Cangkir penuh ini melambangkan Anda, Pangeran. Ketika Anda merasa cangkir Anda sudah penuh terisi, maka kata-kata apa pun yang saya ajarkan tidak akan berguna, karena Anda tidak membuka diri Anda untuk belajar."

Wajah pangeran muda mendadak jadi merah karena malu. Seakan tamparan keras baru menghampiri pipi kiri dan pipi kanannya.

Selanjutnya sang guru berkata lagi, "Jika memang Anda ingin belajar, marilah Anda mengosongkan cangkir yang ada di pikiran Anda, supaya kita dapat sama-sama belajar." Pangeran menganggukkan kepala tanda setuju.

Cerita ini seakan menjadi cerita sepanjang masa yang tak lapuk oleh waktu. Saat kita merasa "cangkir" yang ada di pikiran kita sudah penuh terisi, kita tidak akan membuka diri kita untuk belajar hal-hal yang baru.

Gelas bocor. Dengan takaran air masuk dan air keluar yang sama. Air yang masuk berarti pengetahuan dan pelajaran baru dalam hidup kita, sedangkan air yang keluar adalah pengalaman ataupun kenangan negatif kita pada masa lalu yang harus kita keluarkan dari "cangkir" pikiran kita ini menjadi teh yang selalu menyehatkan.

Segala sesuatu bisa menjadi guru untuk kita, apabila kita dengan rendah hati mencoba menjadi murid yang baik bagi siapapun, kapan pun dan di mana pun. Guru-guru tidak harus orang yang lebih tua, lebih bijak, ataupun orang-orang yang lebih sukses dibanding kita. Akan tetapi semua orang, semua makhluk, bahkan benda mati pun dapat menjadi guru bagi kita.

28 August 2009

Melawat ke Neraka Potong Urat Daging dan Tulang

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 26
Melawat ke Neraka
Potong Urat Daging dan Tulang

"Sungguh enak membuka usaha yang mendatangkan banyak
keuntungan,

Jualnya adil tak membedakan orang, bidang usaha apapun jadi,

Lain halnya dengan si pemain judi, menghalalkan segala cara,

tak punya hati nurani mengabaikan Hukum Langit (Hukum

Ke Tuhanan),

Jangan terburu-buru dulu menentukan siapa yang menang dan

siapa yang kalah, sehingga kaya mendadak bagi yang menang."


Di depan sana adalah "Neraka Potong Urat Daging dan Tulang", nama Neraka itu tertulis di atas Pintu Neraka.

Para prajurit Neraka itu sangat sadis, dengan menggunakan pisau tajam memenggal tangan para terhukum. Mereka berteriak-teriak dan menjerit-jerit sekeras-kerasnya, tetapi karena badannya diikat di tiang salib, mau melepaskan diri juga tak bisa.

Para prajurit (petugas) Neraka masing-masing membawa pisau tajam untuk memotong urat daging tangan terhukum, dagingnya dikupas dulu, lalu dilemparkan ke arah "Anjing-anjing Besi" dan dimakannya. Setelah itu tulang tangannya dipatahkan, terhukum yang mendapat hukuman ini akan merasakan sakit yang luar biasa.

Setiap roh dosa disiksa sampai pingsan. "Anjing-anjing Besi" yang ada di sekeliling ruangan dengan lahap memakan daging tangan yang dikupas itu. Anjing di dunia juga sering mencari sisa-sisa tulang di bawah meja makan, tetapi belum pernah menjumpai anjing yang hidup dari makan daging manusia. Dari mana asal anjing-anjing hitam ini?
Inilah yang namanya "Anjing Besi", hanya ada di Pemangku Kuasa Neraka, khususnya hidup dari makan daging manusia. Karena sudah tak kenal prikemanusiaan maka disebut "Anjing Besi", lain halnya dengan anjing yang ada di dunia, kecerdasannya tinggi, bisa disuruh menjaga rumah, dan setia terhadap manusia. Umat di dunia ada yang memelihara jenis anjing ternama yang mahal harganya, taraf hidupnya sama dengan manusia, bahkan ada yang diajak tidur bersama majikannya, jauh bedanya dengan anjing di Neraka, keberadaannya untuk menghukum orang yang telah kehilangan perikemanusiaannya, yang juga telah kehilangan hati nuraninya. Maka Pemangku Kuasa Neraka memelihara anjing besi ini untuk memakan daging mereka. Inilah yang disebut "pembalasan", di dalam ungkapan disebut sebagai "Berhati Serigala dan Berparu-paru Anjing", golongan orang seperti inilah yang dimaksud.

Manusia kalau sudah kehilangan sifat loyalitas dan kesetiakawanannya, maka martabatnya lebih rendah dari pada anjing. Roh-roh ini disiksa sampai sedemikian tragisnya, dosa apakah yang telah mereka lakukan?
Setelah dikipaskan dengan daun asiwung milik Ci Hoet, tiga roh yang dilepaskan oleh Pejabat Neraka itu satu persatu siuman, dan anggota badannya pun lengkap kembali. Mereka disadarkan agar dapat menceritakan sendiri perbuatan yang telah mereka perbuat selama masih hidup.

Roh Dosa 1 : Baiklah saya ceritakan. Sungguh menderita sekali, tetapi anak cucu tiada yang tahu jika saya menderita di dalam Kuasa Neraka, dikiranya jika orang sudah mati ya selesai pula urusannya. Semasa hidup, saya berjualan sayur mayur, demi meraih untung besar, saya memainkan timbangannya, misalnya 1 kilo sayur, kadang cuma jadi 8 ons saja. Semasa hidup, di dalam arena dagang, saya selalu berkutat dalam permainan timbangan, meski sering mendengar orang berkata bahwasanya orang berdagang harus yang adil, jika mencuri setengah kilo, maka pada kelahiran mendatang harus membayar 500 gram, tetapi saya tetap anggap sepi, sama sekali tak menyentuh hati nurani. Siapa tahu sesudah meninggal, roh sampai di Kuasa Neraka, dihadapan Cermin Dosa tertampak dengan jelas perbuatan curang saya. Oleh Yam Ong Astana ke empat, saya dihukum masuk "Neraka Potong Urat Daging dan Tulang" selama 10 tahun. Setiap hari menerima siksa potong urat daging dan tulang, kedua tanganku bagai daging ikan, dipotong sesuka hati oleh petugas Neraka, mau menyesal juga sudah terlambat. Wahai, para pedagang di alam dunia, saya wanti-wanti sekali, berdaganglah dengan menggunakan hati nurani, yang jujur, jangan serakah terhadap keuntungan tambahan, lalu timbangannya dicurangi, hukum Neraka yang keras takkan mengampuninya. Yam Ong (Penguasa Neraka) paling benci orang semacam ini, maka diperlakukan lain dari yang lain. Prajuritnya pun kejam-kejam, ingin menyesal pun sudah terlambat.

Roh Dosa 2 : Kalau saya, karena semasa hidup keadaan keluarga kurang mampu, juga tak bersekolah, saya lalu mencari nafkah dengan berdagang barang rongsokan. Setiap hari mengendarai becak tua, pergi berkeliling mencari atau membeli rongsokan, besi tua, kertas bekas, barang kuno dan lain-lain. Karena mendengar kata teman yang sebidang, dalam hal membeli barang rongsok, jika membeli dengan berat timbangan yang sesungguhnya, keuntungannya tidak banyak, kalau timbangannya dikorupsi, baru bisa untung besa. Saya lalu "memainkan" timbangan, di saat menimbang, orang luar yang melihat sepertinya timbangannya tepat, tetapi barang yang beratnya 10 kilo sewaktu saya timbang hanya tinggal 7 kilo. Kebanyakan orang yang menjual barang rongsok tak begitu serius, asal terjual ya sudah. Semasa hidup timbangan yang saya korupsi tak terhitung lagi banyaknya. Setelah meninggal, Yam Ong gusar sekali, saya dicaci tidak adil dalam membeli barang bekas, akhlaknya rusak. Kini dihukum kemari selama 15 tahun, setiap hari disiksa, dipecundangi oleh para petugas, deritanya tak tertahankan.

Roh Dosa 3 : Semasa hidup, suami saya adalah seorang pegawai negeri, kedudukannya lumayan. Setelah suami pergi ke kantor, anak-anak juga sudah masuk sekolah, rasanya tak betah nganggur di rumah, nyonya tetangga mengajak saya main

Sebagai ibu rumah tangga melalaikan tanggung jawab mengatur rumah, ditinggal keluar bermain judi dan jalan-jalan, merusak iklim adat masyarakat. Namun karena tidak mengandung unsur penipuan, dan hidupnya tak mengandalkan judi, Yam Ong masih menjatuhi hukuman yang ringan.

Tentang bandar-bandar yang membuka perjudian di mana-mana, akan mendapat siksa di mana?
Itu bukan wewenang kuasa Astana keempat, mereka harus dikirim ke Astana ketujuh menghadap Raja Thai San untuk ditindak tegas. Nasehatku kepada umat di dunia, jika melakukan dosa seperti tersebut di atas, segeralah bertobat merubah diri, dan banyaklah beramal mencetak kitab "Melawat ke Alam Baka" untuk menyadarkan umat, maka dosanya akan dihapuskan, setelah meninggal tak usah menerima siksa kemari.

26 August 2009

Melawat ke Neraka Tusuk Mulut

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 25
Melawat ke Neraka Tusuk Mulut

"Air liur dibiarkan tersembur sesukanya,
Lidah busuk yang melukai orang, lebih baik jarang dibuka,
Sembarang tebar kembang kata, tak pelak layu juga,
Kata-kata manis tetaplah sulit menebar keharuman walau hanya sehari."

Kehidupan manusia penuh diliputi dengan perasaan gembira, marah, sedih, takut dan sebagainya, serta mengalami perpisahan dan pertemuan. Suka duka datang silih berganti, ingin membina Jalan KeTuhanan memang tidaklah mudah. Ingin mempertahankan kesungguhan dan keleluasaan hati, perlu latihan, bukan hanya di mulut saja lalu bisa berhasil. Sebagai landasan membina jalan keTuhanan, diperlukan laku bajik yang nyata. Jika tak demikian, sekalipun uraian kata-katanya indah sekali, tetap tak ada bedanya seperti bunga rontok dihanyutkan air, tiada artinya, tak akan mengundang kepercayaan dan dorongan bagi umat untuk maju.

Hati masing-masing orang berbeda, mengutarakan kata-kata yang berbeda, sama-sama makan "buah mei yang dikeringkan", ada yang bilang asin, ada yang bilang manis, ada yang bilang pahit. Sebuah Jalan Besar yang sebenarnya lancar, bisa menembus kemana-mana, diuraikan (ditafsirkan) macam-macam dan sendiri-sendiri sampai membuat orang bingung, membuat orang kabur pandangannya, entah bagaimana baiknya!

Asalkan bisa berpegang pada hati sendiri yang bulat, peduli amat ia akan miring ke kanan atau condong ke kiri. Tetap akan tenang dan leluasa.

Di atas pintu Neraka tertera tulisan "Sub seksi Neraka Tusuk Mulut". Jeritan dalam penjara Neraka sampai memekakkan telinga. Petugas Neraka sedang menggunakan semacam benda tajam menyerupai mata bor dan dengan ganasnya ditusukkan ke mulut roh dosa yang diikat pada tiang seperti mau membuatnya mati. Roh dosa ditusuknya sampai menjerit-jerit kesakitan. Hukuman semacam ini, layaknya penyembelihan babi secara manual. Dosa apakah yang mereka lakukan, sampai menerima hukuman sekeras itu?

Dilepaskan satu roh dosa untuk menceritakan dosa-dosa yang dia perbuat semasa hidup.
Roh Dosa : Mulutku sakit sekali. Bukankah dulu di hadapan Yam Ong saya sudah mengakuinya? Mengapa kini disuruh buka mulut lagi?

CiHoet : Saya, bikkhu yang papa ada di sini, hendak mohon sedekah padamu, apakah kau tak rela?

Pejabat : Beliau adalah Buddha Hidup Ci Kung, beliau menerima Titah melawat ke Neraka dalam kaitannya menyusun kitab. Jika kau tak cepat mengakuinya, kau akan sulit menanggung dosa pembangkangan terhadap Titah. Apakah kau mau dimasukkan ke "Neraka Abadi"?

Roh Dosa : Ternyata Bhikku ini adalah Buddha Hidup Ci Kung. Sewaktu di dunia, saya pernah mendengar kebesaran namamu. Saya memang keterlaluan, mohon Buddha Hidup Ci Kung mengampuni, saya akan berterus terang mengutarakan dosa-dosaku semasa hidup.
Semasa hidup, karena memiliki vokal suara yang lumayan serta mempunyai bakat menyanyi, saya sering menyanyi di bar-bar dan nite club, juga pernah diundang oleh pabrik farmasi pergi ke pelosok-pelosok untuk mengadakan show keliling. Di dalam karirku sebagai penyanyi, demi menyesuaikan selera penonton, saya sering membawakan lagu porno gubahan sendiri atau mempertunjukkan gerakan erotis. Seketika itu, penonton di bawah panggung riuh dan bersorak, memberi tepukan tangan. Karena perkataan saya yang tidak lurus, setelah meninggal dihukum oleh Yam Ong. Saya dipersalahkan mengapa tidak menyanyikan lagu patriotik, atau lagu yang bisa membangkitkan semangat hati sesama, atau lagu yang bisa menggugah hati nurani sesama, yang saya nyanyikan hanyalah lagu yang berselera rendah, yang cengeng, yang jorok, dan merusak moral, merusak adat kealiman masyarakat, maka saya dihukum masuk "Penjara Tusuk Mulut" selama 10 tahun. Setiap hari saya menerima siksa tusuk mulut dengan bor besi, sungguh tak bisa diuraikan dengan kata-kata lagi. Semasa hidup, saya hidup dengan langgam bebas sesuka hati. Selain itu saya masih ada dosa yang lain, setelah genap masa hukumanku, saya masih akan dibawa ke bagian lain untuk menerima hukuman lainnya. Saya telah diberi tahu oleh Pejabat tentang hal ini, kini mau menyesal pun sudah terlambat. Saya titip pesan kepada para penyanyi di dunia, janganlah membawakan lagu yang isinya terlalu mengumbar nafsu cinta. Bawakanlah lagu-lagu yang bermakna, jika tidak, setelah meninggal kelak akan "bernyanyi" sendiri dengan pilu dan sedihnya.

Pejabat : Bertitip pesan pada para penyanyi di dunia, banyaklah membawakan lagu yang bisa menggugah hati manusia. Jangan asal nyanyi lagu yang liriknya cengeng, dan yang melukiskan jalinan kemesraan cinta muda-mudi yang sulit terpisahkan, agar tidak menciptakan budaya yang kurang baik, dan menciptakan dosa mulut yang berkepanjangan sehingga terperosok ke dalam Neraka. Kini giliran roh dosa ke dua, jelaskanlah dengan sesungguhnya, dosa yang pernah kau lakukan semasa hidup.

Roh Dosa : Mulut saya sakit sekali, kinipun masih meneteskan darah. Teringat semasa hidup, karena watak saya yang ekstroversi (orang yang keseluruhan minatnya ditujukan kepada yang ada di luar dirinya dan tidak dalam pikiran dan perasaannya sendiri). Setelah menikah, saya sering bertengkar dengan suami, sering mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, sering pula cekcok dengan tetangga. Kesalahan saya yang terbanyak adalah dengan kata-kata sering menghasut orang lain, sehingga membuat rumah tangga tetangga menjadi tidak akur. Pernah ada salah satu tetangga, karena saya pernah bertengkar dengannya, demi balas dendam, saya lalu menyebar gosip bohong : "Istri orang itu pernah berselingkuh dengan tuan Anu, pernah bertemu di suatu tempat, dan kebetulan saya memergokinya." Gosip tersebut lalu menyebar lua, membuat rumah tangga orang menjadi gaduh. Pernah juga mencerai-beraikan perkawinan orang dan masih banyak yang lainnya, seperti menggunakan mulut menyebarkan desas-desus. Setelah meninggal Yam Ong menghukum saya masuk "Neraka Tusuk Mulut" selama 8 tahun, selain itu masih ada dosa lainnya, saya tak ingin banyak bicara.

Pejabat : Baiklah, sudah cukup banyak dosa-dosa yang diciptakan oleh mulutmu yang rusak itu.

25 August 2009

Pemaafan Positif

Memaafkan mungkin hanya bisa diterapkan di wihara. Saya tahu Anda berpikir bahwa kalau kita memberikan maaf dalam kehidupan nyata, kita hanya akan dimanfaatkan oleh orang lain. Orang lain akan melangkahi kita, mereka akan berpikir bahwa kita lemah. Saya setuju. Pemberian maaf seperti itu jarang bisa berhasil. Seperti kata orang, "Dia yang memberikan pipi sebelahnya, harus pergi ke dokter gigi dua kali, bukannya sekali!"

Pemerintah Thai, memberikan lebih dari sekedar pemaafan melalui pengampunan tanpa syarat, namun juga mengobati akar permasalahannya, yaitu kemiskinan, dan menanganinya dengan piawai. Itulah sebabnya pemberian pengampunan berhasil.

Saya menyebut pemberian maaf seperti itu sebagai "pemaafan positif". "Positif" berarti memberikan dorongan positif pada hal-hal baik yang kita harapkan. "Pemaafan" berarti melepaskan hal-hal buruk yang menjadi bagian dari masalah--bukan memperdalam, melainkan membiarkannya berlalu. Contohnya, dalam sebuah kebun, hanya menyirami sama sekali adalah seperti sekedar mempraktikkan pemaafan; dan menyirami bunga tetapi tidak menyirami tanaman liar melambangkan "pemaafan positif".

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, pada akhir ceramah Jumat malam di Perth, seorang perempuan datang kepada saya. Seingat saya, dia secara rutin hadir pada setiap ceramah mingguan ini, tetapi ini pertama kalinya dia berbicara dengan saya. Dia mengatakan bahwa dia ingin mengucapkan terima kasih, bukan hanya kepada saya, tetapi juga kepada semua biksu yang mengajar di wihara kami. Lalu dia mulai menjelaskan apa sebabnya. Dia mulai datang ke wihara kami 7 tahun silam. Dia mengaku, pada saat itu dia tidak begitu tertarik pada ajaran Buddha ataupun meditasi. Alasan utamanya datang ke wihara adalah sekedar mencari-cari alasan untuk meninggalkan rumah.

Dia punya suami yang kasar. Dia adalah korban kekerasan rumah tangga yang menakutkan. Pada saat itu, dukungan dari lembaga-lembaga untuk menolong korban kekerasan seperti itu belumlah ada. Dalam sebuah luapan emosi, dia tidak bisa berpikir jernih untuk minggat selamanya dari rumah. Jadi dia datang ke wihara dengan gagasan bahwa 2 jam di wihara berarti 2 jam dia bebas dari kekerasan.

Apa yang didengarnya dari wihara kami mengubah hidupnya. Dia mendengar dari biksu-biksu mengenai pemberian maaf yang benar--pemaafan positif. Dia memutuskan untuk mencobanya ke suaminya. Dia bercerita bahwa setiap kali suaminya memukul, dia memaafkannya dan membiarkannya berlalu. Bagaimana dia bisa melakukannya, hanya dia yang tahu. Lalu setiap kali sang suami melakukan atau mengatakan sesuatu yang baik, betapa pun sepelenya, saat itu juga dia akan memeluknya atau mencium, ataupun memberikan tanda-tanda untuk mengisyaratkan kepada sang suami bahwa betapa berarti kebaikan tersebut baginya. Dia sungguh-sungguh bersyukur atas kebaikan itu.

Dia menghela napas dan berkata kepada saya bahwa dia melakukannya selama 7 tahun. Pada saat itu matanya jadi berkaca-kaca, dan demikian pula saya. "Selama 7 tahun," katanya, "dan sekarang Anda tidak akan dapat mengenali pria itu lagi. Dia telah berubah 180 derajat. Sekarang, kami punya hubungan kasih yang luar biasa beserta dua anak yang hebat." Wajahnya memancarkan cahaya laksana orang suci. Rasanya saya hendak berlutut di hadapannya. "Anda lihat tempat duduk itu?" katanya, menunjukkan kepada saya, "Minggu ini, sebagai kejutan dia membuatkan tempat duduk kayu untuk bermeditasi. Andai saja itu terjadi 7 tahun yang lalu, dia hanya akan menggunakannya untuk memukul saya!" Kerongkongan saya yang tersumbat menjadi lega bersamaan dengan gelak kami berdua.

Saya mengagumi perempuan itu. Dia meraih dan memenangkan kebahagiaannya sendiri, menurut saya, dari kecemerlangan kualitas dirinya sendiri. Dan dia telah mengubah seorang monster menjadi seorang pria yang penuh perhatian. Dia menolong diri sendiri sekaligus orang lain, dengan sungguh mengagumkan.

Itu adalah contoh ekstrem dari pemaafan positif, hanya direkomendasikan bagi mereka yang ingin jadi suci. Namun demikian, hal itu telah menunjukkan apa yang bisa dicapai saat pemberian maaf dipadukan dengan pemberian dukungan pada kebajikan yang telah dilakukan.

24 August 2009

Siluman Pemangsa Amarah

Yang jadi masalah dengan kemarahan adalah bahwasanya kita menikmati marah. Ada sejenis kecanduan dan kenikmatan besar sehubungan dengan pelampiasan kemarahan. Dan kita tak ingin membiarkan sesuatu yang kita nikmati berlalu begitu saja. Bagaimanapun juga, ada juga bahaya dalam kemarahan, suatu konsekuensi yang lebih berat daripada kesenangannya. Jika saja kita menyadari buah dari kemarahan, dan selalu ingat hubungannya dengan kemarahan, kita akan rela membiarkan kemarahan berlalu.

Di sebuah alam, pada zaman dahulu kala, sesosok siluman masuk ke istana ketika raja sedang pergi. Siluman itu sangat buruk rupa, baunya sangat tidak sedap, dan apa pun yang dia katakan begitu menjijikkan sampai-sampai para pengawal dan pekerja istana terpaku dalam kengerian. Karena itu, si siluman seenaknya saja melenggang masuk, menuju aula pertemuan kerajaan, dan mendudukkan dirinya di singgasana raja. Melihat siluman itu dengan kurang ajarnya duduk di singgasana raja, para pengawal dan pekerja lainnya menjadi tersadar dari keterpakuan mereka.

"Keluar dari sini!" bentak mereka. "Kamu tidak boleh duduk di situ! Jika kamu tidak angkat pantat sekarang juga, kami akan tebas kamu dengan pedang!"

Karena mendapatkan sedikit kata-kata amarah ini, siluman itu membesar beberapa inci, tampangnya bertambah jelek, tambah bau, dan omongannya makin jorok saja.

Pedang-pedang dihunus, golok dikeluarkan dari sarungnya, ancaman telah dinyatakan. Di setiap perkataan atau perbuatan yang dipenuhi oleh amarah, bahkan di setiap pikiran marah pun, siluman itu menjadi tambah besar, tambah buruk, tambah bau, dan tambah kotor makiannya.

Pertempuran sudah berlangsung beberapa saat ketika sang raja tiba. Dia melihat ada siluman raksasa yang sedang duduk di atas singgasananya. Dia belum pernah melihat sesuatu yang jeleknya minta ampun seperti itu, bahkan tidak di bioskokp sekalipun. Bau busuk yang tertebar dari tubuh siluman itu bahkan bisa membuat belatung jatuh sakit. Dan sumpah-sumpahnya bahkan lebih parah daripada yang pernah Anda dengar di bar-bar terkumuh pada malam minggu yang berjubel pemabuk.

Sang raja adalah seorang yang bijaksana. Makanya dia jadi raja, dia tahu apa yang harus dilakukan.

"Selamat datang," sapa sang raja dengan hangat. "Selamat datang di istana saya. Sudahkah seseorang menyuguhkan minuman untuk Anda? Atau makanan?"

Karena sedikit ungkapan yang lembut itu, tubuh si siluman mengecil beberapa inci, keburukannyha berkurang, baunya berkurang, dan kekasarannya berkurang.

Para armada istana cepat tanggap dengan maksud sang raja. Seseorang lalu bertanya kepada siluman itu apakah dia mau secangkir teh. "Kami punya Darjeeling, English Breakfast, atau Earl Gray, Atau barangkali Anda lebih suka pepermin? Itu bagus untuk kesehatan Anda, lho." Yang lainnya menelepon untuk memesan pizza, family size, untuk siluman segede itu, sementara yang lainnya membuatkan sandwich, dengan "ham setan" tentunya. Seorang prajurit memijat kaki si siluman, dan yang lain memijati lehernya. "Mmmm...enak sekali," pikir si siluman.

Karena setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran yang baik itu, tubuh si siluman terus mengecil, berkurang buruknya, berkurang bau dan kekasarannya. Sebelum pengantar pizza datang dengan antarannya, si siluman sudah susut ke ukuran semula ketika pertama kali dia datang dan duduk di singgasana raja. Tetapi para penghuni istana tak berhenti berbuat baik. Segera saja siluman itu menjadi begitu kecilnya sampai sulit dilihat lagi. Lalu setelah satu lagi perbuatan baik dilakukan, dia benar-benar lenyap tak berbekas.

Kita menyebut monster seperti itu sebagai "siluman pemangsa amarah."

Suatu kali pasangan Anda dapat menjadi "siluman pemangsa amarah". Marahlah kepada mereka, dan mereka akan bertambah parah--tambah jelek, tambah bau, tambah galak kata-katanya. Masalah yang ada menjadi bertambah besar setiap kali Anda marah kepada mereka, meskipun cuma di dalam pikiran saja. Barangkali sekarang Anda bisa menyadari kesalahan Anda dan tahu harus berbuat apa.

Rasa sakit adalah "siluman pemangsa amarah" lainnya. Ketika kita berpikir dengan marah, "Hei, sakit! Enyahlah dari sini! Kau tak diizinkan!" rasa sakit akan tumbuh seinci lebih besar dan lebih parah dengan cara yang berbeda. Memang sulit untuk bersikap baik kepada sesuatu yang begitu buruk dan garang seperti rasa sakit, tetapi ada masa-masa dalam hidup kita, ketika kita tak punya pilihan lain. Seperti saat sakit gigi, kalau kita menyambut rasa sakit, dengan sungguh-sungguh, dengan tulus, rasa sakit akan menjadi lebih kecil, berkuranglah masalahnya, dan suatu ketika akan lenyap sama sekali.

Beberapa jenis kanker adalah "siluman pemangsa amarah", monster buruk dan menjijikkan yang duduk di dalam tubuh kita; "singgasana" kita. Lumrah kalau kita berkata, "Enyahlah dari sini! Kau tak diizinkan!" Ketika satu dan lain cara gagal, atau bahkan lebih dini dari itu, semoga kita dapat berkata, "Selamat datang." Beberapa jenis kanker diperparah dengan stres--itulah sebabnya mereka menjadi "siluman pemangsa amarah". Kanker semacam itu tahu diri ketika "raja istana" dengan berani berkata, "Kanker, pintu hatiku terbuka penuh untukmua, apa pun yang kamu lakukan. Masuklah."