26 August 2009

Melawat ke Neraka Tusuk Mulut

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 25
Melawat ke Neraka Tusuk Mulut

"Air liur dibiarkan tersembur sesukanya,
Lidah busuk yang melukai orang, lebih baik jarang dibuka,
Sembarang tebar kembang kata, tak pelak layu juga,
Kata-kata manis tetaplah sulit menebar keharuman walau hanya sehari."

Kehidupan manusia penuh diliputi dengan perasaan gembira, marah, sedih, takut dan sebagainya, serta mengalami perpisahan dan pertemuan. Suka duka datang silih berganti, ingin membina Jalan KeTuhanan memang tidaklah mudah. Ingin mempertahankan kesungguhan dan keleluasaan hati, perlu latihan, bukan hanya di mulut saja lalu bisa berhasil. Sebagai landasan membina jalan keTuhanan, diperlukan laku bajik yang nyata. Jika tak demikian, sekalipun uraian kata-katanya indah sekali, tetap tak ada bedanya seperti bunga rontok dihanyutkan air, tiada artinya, tak akan mengundang kepercayaan dan dorongan bagi umat untuk maju.

Hati masing-masing orang berbeda, mengutarakan kata-kata yang berbeda, sama-sama makan "buah mei yang dikeringkan", ada yang bilang asin, ada yang bilang manis, ada yang bilang pahit. Sebuah Jalan Besar yang sebenarnya lancar, bisa menembus kemana-mana, diuraikan (ditafsirkan) macam-macam dan sendiri-sendiri sampai membuat orang bingung, membuat orang kabur pandangannya, entah bagaimana baiknya!

Asalkan bisa berpegang pada hati sendiri yang bulat, peduli amat ia akan miring ke kanan atau condong ke kiri. Tetap akan tenang dan leluasa.

Di atas pintu Neraka tertera tulisan "Sub seksi Neraka Tusuk Mulut". Jeritan dalam penjara Neraka sampai memekakkan telinga. Petugas Neraka sedang menggunakan semacam benda tajam menyerupai mata bor dan dengan ganasnya ditusukkan ke mulut roh dosa yang diikat pada tiang seperti mau membuatnya mati. Roh dosa ditusuknya sampai menjerit-jerit kesakitan. Hukuman semacam ini, layaknya penyembelihan babi secara manual. Dosa apakah yang mereka lakukan, sampai menerima hukuman sekeras itu?

Dilepaskan satu roh dosa untuk menceritakan dosa-dosa yang dia perbuat semasa hidup.
Roh Dosa : Mulutku sakit sekali. Bukankah dulu di hadapan Yam Ong saya sudah mengakuinya? Mengapa kini disuruh buka mulut lagi?

CiHoet : Saya, bikkhu yang papa ada di sini, hendak mohon sedekah padamu, apakah kau tak rela?

Pejabat : Beliau adalah Buddha Hidup Ci Kung, beliau menerima Titah melawat ke Neraka dalam kaitannya menyusun kitab. Jika kau tak cepat mengakuinya, kau akan sulit menanggung dosa pembangkangan terhadap Titah. Apakah kau mau dimasukkan ke "Neraka Abadi"?

Roh Dosa : Ternyata Bhikku ini adalah Buddha Hidup Ci Kung. Sewaktu di dunia, saya pernah mendengar kebesaran namamu. Saya memang keterlaluan, mohon Buddha Hidup Ci Kung mengampuni, saya akan berterus terang mengutarakan dosa-dosaku semasa hidup.
Semasa hidup, karena memiliki vokal suara yang lumayan serta mempunyai bakat menyanyi, saya sering menyanyi di bar-bar dan nite club, juga pernah diundang oleh pabrik farmasi pergi ke pelosok-pelosok untuk mengadakan show keliling. Di dalam karirku sebagai penyanyi, demi menyesuaikan selera penonton, saya sering membawakan lagu porno gubahan sendiri atau mempertunjukkan gerakan erotis. Seketika itu, penonton di bawah panggung riuh dan bersorak, memberi tepukan tangan. Karena perkataan saya yang tidak lurus, setelah meninggal dihukum oleh Yam Ong. Saya dipersalahkan mengapa tidak menyanyikan lagu patriotik, atau lagu yang bisa membangkitkan semangat hati sesama, atau lagu yang bisa menggugah hati nurani sesama, yang saya nyanyikan hanyalah lagu yang berselera rendah, yang cengeng, yang jorok, dan merusak moral, merusak adat kealiman masyarakat, maka saya dihukum masuk "Penjara Tusuk Mulut" selama 10 tahun. Setiap hari saya menerima siksa tusuk mulut dengan bor besi, sungguh tak bisa diuraikan dengan kata-kata lagi. Semasa hidup, saya hidup dengan langgam bebas sesuka hati. Selain itu saya masih ada dosa yang lain, setelah genap masa hukumanku, saya masih akan dibawa ke bagian lain untuk menerima hukuman lainnya. Saya telah diberi tahu oleh Pejabat tentang hal ini, kini mau menyesal pun sudah terlambat. Saya titip pesan kepada para penyanyi di dunia, janganlah membawakan lagu yang isinya terlalu mengumbar nafsu cinta. Bawakanlah lagu-lagu yang bermakna, jika tidak, setelah meninggal kelak akan "bernyanyi" sendiri dengan pilu dan sedihnya.

Pejabat : Bertitip pesan pada para penyanyi di dunia, banyaklah membawakan lagu yang bisa menggugah hati manusia. Jangan asal nyanyi lagu yang liriknya cengeng, dan yang melukiskan jalinan kemesraan cinta muda-mudi yang sulit terpisahkan, agar tidak menciptakan budaya yang kurang baik, dan menciptakan dosa mulut yang berkepanjangan sehingga terperosok ke dalam Neraka. Kini giliran roh dosa ke dua, jelaskanlah dengan sesungguhnya, dosa yang pernah kau lakukan semasa hidup.

Roh Dosa : Mulut saya sakit sekali, kinipun masih meneteskan darah. Teringat semasa hidup, karena watak saya yang ekstroversi (orang yang keseluruhan minatnya ditujukan kepada yang ada di luar dirinya dan tidak dalam pikiran dan perasaannya sendiri). Setelah menikah, saya sering bertengkar dengan suami, sering mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, sering pula cekcok dengan tetangga. Kesalahan saya yang terbanyak adalah dengan kata-kata sering menghasut orang lain, sehingga membuat rumah tangga tetangga menjadi tidak akur. Pernah ada salah satu tetangga, karena saya pernah bertengkar dengannya, demi balas dendam, saya lalu menyebar gosip bohong : "Istri orang itu pernah berselingkuh dengan tuan Anu, pernah bertemu di suatu tempat, dan kebetulan saya memergokinya." Gosip tersebut lalu menyebar lua, membuat rumah tangga orang menjadi gaduh. Pernah juga mencerai-beraikan perkawinan orang dan masih banyak yang lainnya, seperti menggunakan mulut menyebarkan desas-desus. Setelah meninggal Yam Ong menghukum saya masuk "Neraka Tusuk Mulut" selama 8 tahun, selain itu masih ada dosa lainnya, saya tak ingin banyak bicara.

Pejabat : Baiklah, sudah cukup banyak dosa-dosa yang diciptakan oleh mulutmu yang rusak itu.

No comments:

Post a Comment