24 August 2009

Melawat ke Neraka Air Mendidih Siram Tangan

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 24
Melawat ke Neraka Air Mendidih Siram Tangan

"Si maling dan perampok sungguh mengundang malu,
Sekalipun harta kekayaan yang tak halal membuatnya kaya,
pada akhirnya juga harus ditinggalkan tanpa daya,
Membesarkan anak malah berkelakuan tak karuan, sungguh merugikan
nama baik leluhur,
Gugurnya dedaunan di halaman muka serambi pintu hanya
menambah risau hati saja."

Di dunia ini beraneka bidang usaha boleh ditekuni semua. Pepatah mengatakan : "Masing-masing bidang usaha menampilkan/memunculkan orang yang mumpuni (menguasai keahlian/ kecakapan/ketrampilan tinggi)". Asalkan dalam memupuk harta menurut aturan, tak melanggar Hukum Negara, maka sebenarnya di dunia ini takkan ada orang yang sampai mati kelaparan. Menengok kehidupan masyarakat masa kini malahan muncul orang-orang yang usahanya diluar kepatutan. Pekerjaannnya hanya mencuri, merampok, dan menipu, bahkan ada yang demi merampas harta, dengan diam-diam melaksanakan rencana pembunuhan yang bengis, menghilangkan nyawa orang. Membesarkan anak tanpa dididik, salah siapa? Sungguh kasihan sekali para orang tua di dunia ini, siapa yang tak mencurahkan perhatian terhadap anaknya? Betapa besar susah payahnya, namun anaknya malah menjadi liar dan tak bisa diatur, melakukan tindak kriminal, membahayakan keamanan masyarakat, dosanya sungguh tak terampuni. Semasa hidup mendapat predikat petualang pemberani, menguasai suatu daerah, tetapi sesampainya di dalam Penjara Neraka, hanya bisa menyerah, dicambuk dan dibentak oleh Petugas Neraka, kasihan sekali.

Banyak orang bertanya, tentang keadaan melawat ke Alam Baka. Jika saat ini Ci Hoet mengajak Yang Sheng berkeliling, lalu pada waktu yang bersamaan ada orang juga yang mengundang kehadiran Ci Hoet (Roh Suci) singgah di tempatnya, apakah Ci Hoet bisa membagi roh?
Air telaga nan jernih memantulkan keberadaan rembulan, cahaya tampak jernih dan terang dalam air, tetapi saat umat akan menimbanya malah kecele (tak berhasil mendapatkan), seperti apa yang dikatakan dalam sebuah ungkapan : "Bunga dalam cermin, rembulan dalam air, tersembul tiada nyata." Para Dewa menyebutnya : "Luar biasa ilmu kesaktiannya." Dalam istilah Buddha dikatakan : "Tak terhingga Ilmu KeBuddhaannya." Keberadaan Buddha dan Dewa tak lain merupakan gumpalan Roh dengan pancaran sinar kencana, namun bisa menjelma tanpa batas. Keberadaan Buddha dan Dewa di atas langit bak sebuah rembulan, asalkan terdapat air sungai, atau air laut, semua akan menampakkan keberadaan rembulan, beribu sungai menampakkan beribu rembulan, padahal rembulan hanya ada satu, bagaimana bisa berubah banyak? Ini dikarenakan pencerahan dan keluhuran jiwanya layak disepadankan dengan sang Langit. Jika manusia bisa beramal dan memupuk kebajikan, tekun membina Tao (Jalan KeTuhanan) yang Agung, seperti halnya Vihara "Sheng Shian" yang dalam aksara Mandarin tertulis dalam 3 aksara, hanya mewakili sebuah Vihara Persinggahan para Roh Suci yang bertujuan menyadarkan umat manusia, tetapi di dalam batin jutaan umat di dunia ini semuanya tersembul 3 aksara "Sheng Shian", ini sama halnya satu Vihara terkesan di hati jutaan umat, seperti satu rembulan terpantul pada ribuan air sungai. Satu perumpamaan lagi, seperti teknik penyiaran TV pada masa kini, pada tampilan on the spot (arena acara) semestinya hanya ada seorang MC, tetapi jika TV di setiap rumah tangga menempatkan pada gelombang TV yang sama, maka akan tampil jutaan sosok MC, inilah keajaibannya, terletak pada keselarasan suatu niat. Bila umat di dunia ada yang memohon Ci Hoet untuk singgah, asalkan hatinya bisa selaras dengan Ci Hoet, maka akan timbul kontak silang, maka Ci Hoet akan segera turun ke dalam benaknya. Di harap umat di dunia bisa menyadari hal ini, meski keberadaan Ci Hoet hanya satu, Ci Hoet yang berada di atas langit sana, bagi siapa saja yang berjodoh, dari yang satu bisa berubah jadi jutaan, semua orang bisa menyaksikan. Di dalam sebuat Sutra termaktub : "Sang Buddha berada di Gunung Suci, namun janganlah pergi jauh untuk mencarinya, karena Gunung Suci sebenarnya sudah berada di pangkal hatimu. Setiap orang mempunyai Pagoda di Gunung Suci itu, baik-baiklah membina diri di bawah Pagoda itu."

Terdengar suara jeritan yang tragis, di depan tampak Penjara Neraka, di atas pintunya tertera "Sub seksi Neraka : Air Mendidih Siram Tangan".
Sub seksi Neraka ini berada di bawah kekuasaan Astana Neraka ke Empat.
Di dalam Neraka ini penuh dengan uap air, suara tangisan terdengar di sana-sini, kedua tangan para roh dosa di paku di atas ragangan kayu. Para petugas Neraka masing-masing membawa satu ember air mendidih di tangannya, dengan menggunakan gayung disiramkan ke kedua tangan roh dosa, masing-masing menjerit kesakitan karena terlecur. Petugas yang lain membawa cambuk, begitu mendengar suara tangis lalu mencambuknya, keadaannya memelas sekali. Dosa apakah yang mereka lakukan, diantaranya ada yang masih muda usianya sudah menerima hukuman stragis ini.
Roh-roh dosa ini, berdosa atas tindak pencurian, perampokan, dan atau penipuan semasa hidupnya. Maka sesudah meninggal terperosok ke Neraka ini untuk menerima hukuman.
Dilepaskan tiga roh dosa untuk menceritakan sendiri, bagaimana mereka berbuat jahat.

Roh dosa 1 : Aduuuuuh! Kedua tanganku sudah hampir membusuk, tolonglah saya, berikan saya obat luar untuk menahan rasa sakit.

YangSheng : Kedua tangannya tampak mengeluarkan air nanah, bak daging babi yang sudah hancur, mohon Guru (Ci Hoet) memberikan obat kepadanya.

CiHoet : Kau jangan banyak bicara, itu salahmu sendiri, mengapa kedua tangannya jahil? Biarpun ada obat juga tetap sulit menyembuhkan tangan yang jahat ini.

Pejabat : Bedebah kau! Tidak boleh sembarangan minta tolong, cepat beri pengakuan tindak kejahatanmu semasa hidup!

Roh dosa 1 : Baiklah! Semasa , karena keluarga saya cukup kaya, saya hidup manja, bergaul dengan teman yang bertype Crossboy (pemuda berandal). Sesudah makan kenyang tak ingin kerja, waktunya habis untuk main-main di cafe, sering menggoda wanita tuna susila, atau hura-hura bersama cewek-cewek dari keluarga kaya atau berkedudukan. Nasehat orang tua tidak didengar, sampai akhirnya ayah saya mengumumkan pemutusan hubungan keluarga di surat kabar. Saya jadi dendam dan sakit hati. Sejak itu, tidak pulang ke rumah lagi, sekalian nekad berkeliaran dan berpetualangan, masuk bergabung dalam dunia hitam. Terbujuk oleh teman geng, saya berhasil belajar teknik mencuri, sering menggelar "Tangan Malaikat" saya di dalam bus umum, di terminal atau di tempat umum.

Pejabat : Kurang ajar! Jangan sekali-kali melecehkan dengan menggunakan kata "Malaikat", yang benar adalah menjulurkan "tangan ganjil".

Roh dosa 1 : Demikian jadinya saya mencuri uang, tetapi kemudian berpikir lagi, cara seperti ini tak banyak untung, lalu saya lebih nekad lagi mencuri harta dengan masuk ke apartemen dan perumahan. Semasa hidup saya berhasil mengumpulkan harta hingga mendekati sejuta Yen. Pada suatu kali saat sedang beroperasi mencuri harta, saya ketahuan orang, lalu dikejar oleh para tetangga dan diserahkan pada yang berwajib untuk diproses. Setelah diputus oleh pengadilan, saya dijebloskan ke dalam penjara. Setelah selesai masa hukuman, saya tidak bertobat, diam-diam tetap mencuri. Sampai pada usia 41 tahun, karena kebanyakan minum minuman keras dan main seks, akhirnya saya mati kena sakit kanker. Selama saya sakit, selain mengeluarkan biaya pengobatan sendiri, teman-teman dari dunia hitam yang melihat saya sudah tak berdaya, lalu meninggalkan saya begitu saja, jarang sekali mempedulikan, maka saya jadi murung dan akhirnya meninggal. Setelah itu saya digelandang oleh Perwira berKepala Sapi dan Tampang Kuda sampai ke Neraka. Sepanjang jalan saya dicambuki, akhirnya dihukum di Penjara Neraka ini. Saya baru sadar kalau umur saya dikurangi 9 tahun, ini sungguh merupakan pembalasan atas tindak kejahatan saya, saya tak bisa berkilah lagi.

Pejabat : Penyesalanmu sudah terlambat, seandainya dulu setelah keluar dari penjara kau mau menyesal dan bertobat jadi orang baik-baik, memupuk amal menebus dosa, tentu umurmu tak sampai dikurangi, dan terperosok ke Neraka mendapat siksa. Tidak saja melakukan dosa atas tindakan mencuri, lebih-lebih melakukan dosa besar atas durhakamu terhadap orang tua, maka Yam Ong menghukummu di Neraka ini sampai 32 tahun, kini kau bisa merasakan hukumannya. Sekarang ganti roh dosa yang kedua, cepat ceritakan dosa kejahatanmu semasa hidup kepada Yang Sheng yang datang dari Vihara Sheng Shian di kota Tai Chung.

Roh dosa 2 : Semasa hidup saya membuka usaha toko besa dan onderdil mesin. Beberapa tahun pertama, dari hasil ketekunan dan jerih payah, saya meraih untung cukup lumayan. Lama kelamaan saya berhasil belajar berjudi dan berfoya-foya, keluyuran di luar berburu nafsu birahi, dan mempunyai wanita simpanan seorang artis. Istri saya sama sekali tak tahu, karena itu lama kelamaan ekonomi saya menjadi seret, kemudian demi untuk menutup kekurangan anggaran, saya mendatangkan banyak barang dagangan dari dua pabrik, dan saya bayar dengan giro bilyet dalam jumlah nilai besar, lalu saya lempar semua barang-barang dagangan itu ke daerah lain dengan membanting harga. Saldo uang di bank hanya saya sisakan sedikit saja, kemudian saya melarikan diri. Setelah jatuh tempo tanggal kliring giro bilyet, beberapa pemilik barang dagangan tak berhasil mencairkan uangnya, mereka baru tahu kalau kena cheque kosong, semua pergi mencari saya untuk mengadakan perhitungan, dan juga melapor ke kepolisian. Polisi menyatakan buron dan mencari saya ke mana-mana, akhirnya saya ditangkap di rumah famili, dan diserahkan ke pihak berwajib. Karena uang saya simpan di tempat teman perempuan, setelah keluar dari penjara, saya tetap bisa hidup senang, tetapi para kreditor (orang yang memberi pinjaman) menyimpan dendam, memaki saya "si brengsek, penipu, tak punya hati nurani". Enam tahun yang lalu saya tertimpa sakit jantung hingga meninggal, roh saya ditangkap oleh Perwira berKepala Sapi dan Tampang Kuda, dibawa ke Astana Neraka kedua. Raja Chu Ciang memaki saya menilap uang dagangan, makan dari hasil uang kotor, menghukum saya masuk "Neraka Tanah Kotoran Air Seni dan Tinja" untuk menerima hukuman. Setelah selesai, lalu dipindahkan ke Astana keempat. Raja Wu Kwan mengatakan saya menipu dengan menggunakan cheque kosong, kedua tangan saya sebagai biang keladinya, tak sedikit orang yang dirugikan, lalu menghukum saya masuk "Neraka Air Didih Siram Tangan" selama 10 tahun. Selain itu masih ada hukuman lain mengenai menyimpan istri muda, serta hidup tak mawas diri. Yam Ong juga memberitahu saya, setelah menerima semu hukuman, saya akan diserahkan ke bagian Putaran Tumimbal Lahir dengan keputusan : Tumimbal lahir pertama akan dilahirkan menjadi manusia, tubuhnya cacat, tetapi punya bakat kepintaran dan keahlian, dipekerjakan oleh pihak kreditor, mencarikan untung baginya, sedangkan diri sendiri hanya menerima upah sedikit, sekedar untuk bertahan hidup saja, untuk membayar hutang pada kelahiran lalu. Tumimbal lahir berikutnya akan dilahirkan menjadi anak orang kaya tetapi buruk hatinya, dilahirkan dalam kondisi badan yang lemah dan sering sakit, menghabiskan banyak uang untuk berobat. Meski lahir di keluarga yang kaya, namun setiap hari menggantungkan hidup dengan makan obat, dokter yang merawat saya adalah jelmaan pengusaha yang pada kelahiran lalu pernah saya tipu dan kini menagih hutang sebagai "Dokter kontrakan". Di satu pihak merupakan pembalasan bagi orang kaya namun hatinya buruk, di pihak lain merupakan pembalasan bagi yang menilap uang orang, membayarnya dengan obat yang dibeli untuk dikonsumsi. Satu persatu pembalasan karma diimpaskan, ini adalah sebuah nasehat untuk umat di dunia agar dalam berbisnis/berdagang mengerti menjaga moral bisnis. Uang dari hasil melawan hati nurani tak akan bisa dinikmati oleh generasi kedua. Seperti halnya saya, ingin menyesalpun sudah terlambat.

Pejabat : Durjana! Berdagang tidak bermoral, pada akhirnya apa yang kau miliki tak urung kembali ke tanah. Juga menipu harta orang, kelahiran mendatang tetap harus membayarnya, masih ditambah dengan bunganya. Selain itu, nama buruk akan membebani keturunan, bagaimana kelak anak-cucunya bisa tampil melebihi orang lain dalam karirnya? Apa yang disampaikan oleh roh dosa ini tidaklah salah, pembalasan hukum karma sedikitpun tidak meleset. Menurut pemeriksaan wewenang kuasa Neraka, para kreditornya ada beramal kebajikan semasa hidupnya. Pada kelahiran berikutnya, masing-masing ditumimbal-lahirkan untuk menagih hutang barang dagangannya. Keterlibatan Hukum Sebab Akibat yang melibatkan umat di dunia sangatlah ajaib, bagai jala laba-laba yang tertarik ke sini dan ke sana. Siapa saja yang tersangkut di dalamnya, tak kan bisa lari dari pembalasan. Seharusnya umat di dunia bisa menjadikannya sebagai sebuah cermin, tak boleh punya niat hati yang buruk. Setiap perbuatan yang menguntungkan dirinya dan merugikan orang lain, akan menciptakan rintangan karma. Tak pelak lagi, umat di dunia banyak yang tersangkut rintangan jala laba-laba yang melilitnya, yang pada akhirnya berkeluh kesah atas perjalanan hidup manusia yang bagai mengarungi samudra samsara!

No comments:

Post a Comment