18 August 2009

Bertandang ke Neraka Gantung Jungkir

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 18
Bertandang ke Neraka Gantung Jungkir

"Hamparan jenazah di padang belantara sepertinya ingin menarik
sukma,
Tumpahan darah mengalir bagai sebuah parit mencemari rerumputan,
Menjungkir-balikkan tata hubungan antar sesama diganjar
"Gantung Balik",
Masih pula menyisakan petaka karma pada anak cucunya."

Udara dingin datang menyerang, menimbulkan rasa dingin yang menusuk tulang. Keluarga yang kaya bisa memasang AC (pemanas ruangan), badannyapun mengenakan mantel dari wool, sedangkan hidangan disajikan dalam keadaan panas di atas tungku api. Sebaliknya jika kita tengok lagi pada rumah keluarga miskin, seisi rumah hanya mengenakan pakaian tanpa rangkapan, gigi geraham berbenturan, sungguh mengenaskan sekali keadaannya. Jika pada Kelahiran yang Lampau tiada membina, maka Kehidupan Kini akan terlantar, begitu musim dingin tiba, segera merasa kurang kehangatan. Berharap pada orang-orang yang berkecukupan sandang pangan supaya memiliki rasa simpati untuk membantu kaum miskin, memupuk amal tak kasat mata (diam-diam) sebanyak-banyaknya, agar pada kelahiran mendatang berkah keuntungannya bertumpah ruah. Jika tidak demikian, manakala balasan rejekinya telah habis, maka gilirannya akan terlahir pada keluarga miskin. Orang yang arif dan pandai mengatur rencana, tak boleh tidak mengadakan perhitungan terlebih dahulu.

Astaga! Di depan sana terdengar suara jeritan yang tragis, layaknya suara jeritan binatang yang meronta-ronta saat tukang jagal dari kampung mengikat si babi, dan siap-siap membawanya ke rumah potong hewan.

Oh, ternyata di sini adalah "Neraka Gantung Jungkir" tampak tertera tulisan itu di atas pintu Neraka.

Rintihan yang menyayat hati susul menyusul, bagai menangisi kematian orang tua. Neraka ini tampak seperti lapangan yang luas, di atas tanah penuh ditumbuhi rumput kecil yang berwarna merah. Ini adalah "Neraka Gantung Jungkir", di bawah pemangkuan "Astana Ketiga".

Di depan pandangan mata tampak arena eksekusi hukuman. Di lapangan didirikan deretan tiang besi, di atasnya dipasang kawat baja. Semua roh dosa digantung terbalik, kawat bajanya ditembuskan ke tengah telapak kaki roh dosa, kepalanya terjungkir ke bawah, darah mengalir terus dari kakinya, ada yang merintih kesakitan, ada pula yang meronta-ronta, tetapi kian meronta kian sakit; ada pula yang mengeluarkan darah dari ke tujuh rongga bagian kepala (mata, telinga, hidung dan mulut), tapi sudah tiada bergerak lagi. Roh dosa digantung tinggi di atas tiang, bak menjemur lajuran bakmie. Mengapa roh dosa yang banyak jumlahnya ini mendapat hukuman seperti ini?

Ada orang di dunia yang menjungkir-balikkan tata hubungan sesama, moralnya bejat, meremehkan dan melecehkan Guru dan tetua, atau mengacaukan norma hubungan antar sesama, maka roh dosanya ditahan di sini dan kian hari kian banyak. Saat roh-roh dosa ini dihukum, darahnya mengalir keluar, menetes jatuh ke tanah lalu tumbuh menjadi rumput merha, seperti halnya kalau menanam jamur di alam dunia akhir-akhir ini. Karena darah roh dosa tak bersih, setelah terjadi fermentasi, lalu muncul tumbuhan ini.

Bau amisnya menusuk hidung, sungguh tak tertahankan.

Diturunkanlah satu roh dosa yang digantung tinggi di bagian depan, hingga diterpa angin dingin, untuk menuturkan sendiri perbuatan dosanya.
Roh 1 : Uhuk...uhuk...uhuk...betapa sakit rasanya, kedua kakiku sudah tak kuat berdiri tegak, sakit sekali, saya digantung terjungkir hingga ususku hampir tumpah keluar. Semasa hidup saya tinggal di kota Tai Nan, karena paman saya tak punya anak, maka sejak kecil saya diadopsikan (dikwepangkan) ke paman. Saya mengaku paman sebagai ayah, dididik olehnya sampai dewasa, mengenyam pendidikan tingkat menengah. Karena paman membuka supermarket, dan hanya ada saya satu-satunya anak laki, maka saya disayang oleh paman, dan usaha supermarketnya sepenuhnya dikuasakan pada saya. Saat saya berusia 37 tahun, ada seorang tetangga yang memberitahu bahwa saya bukanlah anak kandungnya. Hati saya lalu dipenuhi pikiran yang menyimpang, 'andai saya bisa kembali ke keluarga orang tua kandung saya sendiri alangkah baiknya'. Semenjak itu saya secara diam-diam sering memindahkan uang ke rumah ayah kandungku. Ayah kandung tak melarang tindakan saya, malah membujuk saya, agar barang-barang dagangan yang harganya mahal dijual obral, selain itu saya juga membuka banyak cheque/bilyet giro kosong, lalu melarikan diri dari rumah paman, dan kembali ke keluarga ayah kandung untuk menikmati kehidupan yang kemaruk harta. Mengetahui segalanya yang terjadi, membuat paman sangat geram, bukan main sakit hatinya, sampai-sampai mengucapkan sumpah-serapah. Saat cheque/bilyet gironya jatuh tempo, semua tak dapat dicairkan. Para kreditor (orang yang memberi pinjaman) berdatangan susul menyusul menagih hutang pada paman, karena nomer rekening atas nama paman. Akhirnya, karena mengalami jalan buntu, paman pun nekat bunuh diri dengan membawa rasa dendam dan sesal. Sesampainya di Alam Baka, arwah paman mengadu pada Penguasa Alam Baka (Yam Ong) dan menggugat dosa-dosa yang saya lakukan beserta ayah kandung saya, memohon pada Yam Ong untuk menyelesaikan kasus ini. Satu tahun setelah paman saya meninggal, saya dan ayah kandung dijangkiti penyakit yang tak bisa disembuhkan, sampai menghabiskan seluruh harta kekayaan untuk berobat, hingga akhirnya meninggal. Setelah sampai di Alam Baka, barulah saya ketahui kalau umur saya telah diperpendek. Yam Ong Astana Ketiga marah besar, saya lalu dihukum di "Neraka Gantung Jungkir". Kabarnya ayah kandung saya juga sedang menerima hukuman di bagian Neraka yang lain.

Pejabat : Binatang keparat! Kau dibesarkan oleh paman, tak tahu balas budi, di tengah jalan berubah pikiran, mengjungkir-balikkan tata hubungan sesama, maka dihukum di Neraka ini.

Diturunkan lagi satu roh dosa yang lain.
Roh 2 : Bukan kepalang sakitnya saya saat ini, setiap hari menerima hukuman gantung terbalik, sulit untuk diurakan. Kedua bola mata saya hampir melotot keluar. Semasa hidup saya tinggal di kota Tai Chung, punya istri dan rumah tangga, kemudian di luar saya berkenalan dengan seorang gadis remaja, dan telah terjadi hubungan pribadi secara rahasia, dari awalnya yang secara sembunyi-sembunyi sampai pada akhirnya secara terang-terangan. Gadis tersebut sudah tak berayah, hanya punya seorang ibu yang sudah menjanda dan wajahnya juga cukup rupawan. Saya sering ambil kesempatan pergi ke rumahnya, saya pancing dengan menggunakan kata-kata rayuan yang manis. Karena telah saya bujuk rayu dengan segala cara, akhirnya status janda sucinya ternoda. Belakangan karena sudah kepalang basah, ya nekat saja, lama kelamaan lalu menjadi terbuka, saya telah menikmati perzinahan sepuas-puasnya. Karena keberuntungan menggauli wanita cantik begitu mempesona, membuat saya hanyut dan mabuk kepayang, saya tak bisa meloloskan diri. Kemudian dalam suatu peristiwa kecelakaan kendaraan, sepeda motor yang saya kendarai hancur tertabrak, saya pun tak sadarkan diri. Dalam keadaan tak sadar itu saya didatangi Perwira berKepala Sapi dan Tampang Kuda, saya lalu diborgol dan digelandang sampai ke Neraka. Setelah dihadapkan di depan Panggung Cermin Dosa, ketahuanlah semua kelakuan saya yang memalukan, Yam Ong gusar, dan menghukum saya masuk "Neraka Gantung Jungkir" selama 30 tahun.

Pejabat : Binatang! Manusia tapi layaknya anjing dan ayam, tak mengenal mana orang tuanya. Perzinahan merupakan kejahatan utama dari semua kejahatan yang ada. Memperkosa gadis saja dosanya sudah cukup besar, apalagi masih berani berbuat nekat, merusak kesucian ibu dan anak gadisnya, dosanya sungguh tak terampuni. Selesai menjalani hukuman kelak akan diseret masuk ke "Neraka Abadi", selamanya tak akan mendapat kesempatan terangkat keluar dari jalur Neraka.

Lima tata hubungan (1 : hubungan antara atasan dan bawahan; 2 : hubungan antara orang tua dan anak; 3 : hubungan antara sesama saudara; 4 : hubungan antara suami dan istri; 5 : hubungan antara sesama kawan) tidak dijaga, akan merusak moral. Umat di dunia jika tak hormat terhadap kaum Guru, terhadap atasan sembarang omong, atau tak berbakti terhadap orang tua, atau mencabuli ibu dan anak gadisnya, hukuman "Neraka Gantung Jungkir" hanya merupakan hukuman kecil saja, "Neraka Abadi" lah baru benar-benar tempat penguburannya. Umat di dunia cepatlah bertobat, agar dapat terhindar dari keterperosokan masuk ke Neraka ini.

No comments:

Post a Comment