12 August 2009

Melawat ke Astana Ketiga Berjumpa Dengan Raja Sung Ti

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka.

Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar.

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 15
Melawat ke Astana Ketiga
Berjumpa Dengan Raja Sung Ti

"Menggerakkan pena sakral menjabarkan ajaran, begitulah sibuknya
menyusun kitab,
Dengan nyata melawat ke Alam Baka menurunkan karya tulis
yang berharga,
Pintu Neraka terbuka menyambut tamu kalangan KeTuhanan,
Jika membina yang 'Sejati', tentu takkan takut pada Penguasa Neraka."

"Keadaan di berbagai Sub Seksi Neraka yang terdapat pada ke-10 Astana, cukup kita tinjau beberapa di antaranya yang bersifat representatif saja. Sebab jika dikunjungi satu persatu Neraka yang terdapat dalam Sepuluh Astana secara lengkap, akan membutuhkan waktu beberapa tahun lamanya. Karena kitab "Melawat ke Alam Neraka" harus secepat mungkin diterbitkan, agar para umat bisa tertolong, maka cukup mengambil yang penting-penting saja untuk ditulis", ujar Ci Hoet.

Di depan ada sebuah gapura, kelihatannya seperti papan pengumuman yang ada di dunia. Di atasnya tertempel selembar kertas merah, banyak Pejabat Neraka dan para kurir Neraka berkerumun melihatnya, tulisan apakah yang terpampang di sana?

Ternyata sebuah pengumuman dari Giok Hong Sang Tee (Yang Maha Mulia Di Kong Penguasa Tengah Langit). Di situ tertulis :
Ketua Pembina Alam Baka (Tee Cong Ong Poo Sat) telah menerima Maklumat dari Yang Maha Mulia Giok Hong Sang Tee sebagai berikut:
Kami menghuni Istana Langit, dengan lingkup kekuasaan Tiga Alam (Tri Loka), berkuasa atas hidup-matinya semua makhluk yang ada dalam 9 lapis Alam Baka dan 6 Jalur Kehidupan, Semenjak permulaan roh asal turun ke dunia, pada awal Zaman Purba polos, sifat hati manusia, lugu dan jujur. Bakat wataknya murni dan asli, maka terlahir menjadi manusia, bila meninggal akan langsung kembali ke Surga, sama sekali tiada tersedia Neraka. Sampai Zaman Abad Pertengahan, sifat manusia lambat laun menjadi jahat, batak wataknya semakin hari semakin tercemar oleh debu duniawi. Tata tertib hubungan antar sesama menjadi janggal dan abnormal, masing-masing membangun tembok pertahanan sendiri, sehingga membuat Nerakanya sendiri; semuanya akan terperosok ke dalam 6 Jalur Tumimbal Lahir, kecuali bagi yang menjaga Kesetiaan, Bhakti, Luhur-budi, dan Kebenaran. Kini sesampainya pada Akhir Zaman, keberadaan umat di dunia menjadi semakin ricuh. Hati yang jahat kian menjadi-jadi, tak henti-hentinya melakukan berbagai tindak kriminal, terlebih lagi dengan merajalela dan meluasnya budaya sex bebas. Roh Utama dari Hawa Kebenaran Langit dan Bumi sudah terperosok, malapetaka dibuat sendiri, maka bencana melanda terus-menerus. Tuhan pada dasarnya (bersifat) suka menghidupi, tak tega melihat makhluk hidup terperosok semuanya, lalu diturunkanNya Tao (Jalan Suci, Jalan KeTuhanan), untuk menolong orang yang berbudi. Kini di Benua Jambhu Dwipa (jagad manusia), di kota Tai Chung, ada Viharia Persinggahan (Medium) Roh Suci Sheng Shian yang langsung di bawah bimbingan Surga Sebelah Selatan, di mana Roh Suci Maha Menteri Kwan Tee Kun menerima Titah Tuhan, menggerakkan Pena Sakral, menjabarkan Ajaran Confucius dan Mencius yang berintikan tentang Perikemanusiaan dan PriKebenaran, sedang ke bawah mewarisi Makna Sejati Budhisme dan Taoisme, mengembangkan kebudayaan dan Akhlak Budi, melintaskan segenap makhluk secara umum; prestasinya gemilang luar biasa. Agar umat di dunia mengetahui keadaan Neraka yang sesungguhnya, maka Kami menurunkan Titah pada Vihara Sheng Shian, untuk mulai menyusun Kitab Pusaka "Melawat Ke Alam Neraka", memerintahkan Buddha Hidup Ci Kung (Ci Hoet) membimbing Pemegang Pena Sakral sekaligus Mediator Utama yang bernama Yang Sheng, bertandang ke Sepuluh Astana secara rohaniah, agar keadaan pelaksanaan hukuman di berbagai bagian kekuasaan Neraka, juga dijelaskan hikmah yang terkandung, dengan demikian akan dapat mematahkan ketersesatan pikiran umat. Selama dalam proses penyusunan kitab tersebut, bila mendapati kedatangan Buddha Hidup Ci Kung (Ci Hoet) yang membimbing Yang Sheng, perintahkanlah para Pejabat dan Perwira di masing-masing Astana Neraka untuk menyambut dan membantunya menyusun kitab, agar kitab pusaka tersebut dapat selesai lebih awal. Semenjak Titah ini dimaklumatkan, masing-masing pihak yang bersangkutan diharap mematuhi Amanat Titah, jika ada yang melanggar, akan dihukum keras tanpa ampun. Sekian, Maklumat ini.
Imlek Tahun Ping Chen, Pwe Gwe Cap Go (Tahun Masehi 1976)

Ci Hoet bersama Yang Sheng mengunjungi Astana Ketiga.
Ci Hoet : Di depan itulah tempat Astana Ketiga, cepat memberi hormat pada Yam Ong. Lihatlah, Raja Sung Ti, Pejabat dan Jaksa sedang keluar dari Astana Baka untuk menyambut kita berdua.
YangSheng : Ya, ya, Guru. Hormat kepada Raja Sung Ti dan para Pejabat Dewa. Hari ini atas Titah, kami bertandang ke Alam Baka dalam rangka menyusun kitab. Mohon diberi banyak petunjuk.
Song Tee Ong : Silahkan Yang Sheng bangun, tak usah sungkan. Kami telah mendengar bahwa sejak awal Vihara kalian mengabdikan diri sepenhnya dalam memajukan Ajaran Suci, telah banyak menyadarkan orang yang jahat sehingga insyaf dan kembali ke jalan yang benar, juga banyak membimbing orang yang mau menempuh Jalan Suci sehingga mencapai Kesempurnaan. Sungguh mengagumkan. Silahkan kalian berdua masuk ke Astana dan berbincang-bincang sejenak.
YangSheng : Terima kasih atas pujian Yam Ong, namun kami sebenarnya malu dan tak berani menerima (pujian tsb). Vihara kami di bawah pimpinan ketua Chiu, segenap murid bekerja sama dan saling gotong royong memberitahukan warta KeTuhanan. Semuanya ini tak lain hanya menunaikan tugas suci kami saja, tidak bisa dibilang sebagai jasa.
Ci Hoet : Tak usah sungkan. Mari kita masuk ke dalam dan duduk-duduk sejenak.
YamOng : Silahkan duduk, meja dan bangku kayu di sini buatannya kasar, tak senyaman sofa di dunia. Perwira, cepat tuang tehnya untuk menjamu mereka berdua.
Perwira : Siap. Silahkan kalian berdua minum.
YangSheng : Terima kasih. Ruang tamu ini bergaya klasik, cukup bersih dan tenang, pada sisi-sisi atas tembok, banyak tergantung lukisan-lukisan china ink, terkesan intelek sekali.
Yam Ong : Ya, tempat ini memang untuk para Pejabat Astana kami. Di waktu senggang kami sering kemari bersantai mengobrol sambil mencicipi teh. Karena para Pejabat di Kuasa Neraka sini memang mendapat pengangkatan atas amal semasa hidupnya yang selalu membina kebajikan, sehingga bisa mempunyai lingkungan yang santai dan nyaman. Yang berada di Neraka, tidak semuanya mengalami derita, keberadaan Neraka sama seperti halnya penjara di dunia, yang menderita adalah yang berdosa. Oleh karena itu, asisten di kanan-kiri saya juga seperti Pejabat Penjara di dunia, bebas bergerak. Maka dari itu jika hati dan akhlak budinya tiada tercela, serta senasa hidup banyak amal kebajikan, setelah meninggal dan rohnya sampai di kuasa Neraka, kami pun akan melayani dengan santun. Hal ini hendaknya diketahui oleh umat di dunia. Jika semasa hidup banyak melakukan tipu muslihat, dan berkelakuan sewenang-wenang, setelah meninggal akan diborgol rantai besi, kepala dipasung papan, dicambuk dengan pecambuk kulit, mana bisa santai seperti ini.
Ci Hoet : Hari ini waktunya sudah habis. Yang Sheng bersiaplah untuk pulang. Banyak terima kasih atas petunjuk Yam Ong. Lain hari jika ada jodoh kita bertemu lagi.
YangSheng : Terima kasih atas jamuan Yam Ong dan para Perwira. Karena waktu terbatas kami mau pamit pulang.
YamOng : Tak perlu sungkan. Antar tamu. Harap kalian sudi kemari lagi.

No comments:

Post a Comment