30 January 2010

Melawat ke Sub Seksi Pembungkaman Mulut dengan Bola Besi Berduri

Artikel ini sebenarnya saya sadur dari Buku Melawat Ke Alam Neraka, hasil terjemahan dari kitab “Ti Yi You Ci”. Dan saya persingkat, karena kitab ini sangat tebal. Saya hanya mengambil inti-intinya saja. Kitab ini dibuat atas titah Yang Maha Mulia Giok Hong Tai Tee (Kaisar Jade, Penguasa Tertinggi Centra Langit). Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak percaya adanya hal ini. Tetapi saya hanya berharap Anda semua memikirkannya, agar kita tidak terperosok ke Alam Neraka, jika ternyata hal ini benar-benar ada. Saya hanya ingin membagi apa yang telah saya baca. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Team Penterjemah Ci Hua Thang, Yayasan Dharma Abadi Semarang. Kepada Para Buddha dan Bodhisatava, serta Para Dewa dan Roh Suci. Kitab ini berisi perjalanan Mediator Utama yang memegang Pena Sakral bernama Yang Sheng dengan dibimbing oleh Budha Hidup Ci Kung ke Alam Neraka. Tujuan dari pembuatan kitab ini adalah untuk mengingatkan manusia akan keadaan neraka, agar manusia bisa mempunyai gambaran tentang tragisnya keadaan arwah berdosa di alam neraka, dan akhirnya menjadi sadar. Semoga artikel ini berguna untuk kita semua. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menyadur.

Babak ke 39
Melawat ke Sub Seksi Neraka
Pembungkaman Mulut dengan Bola Besi Berduri

"Pintu Perguruan Suci sepi, pembina Jalan KeTuhanan langka.
Menyalahi petuah-petuah berarti terlibat kontroversi.
Lebih baik diam-diam bercocok tanam, membajak dan menyiangi,
tentu akan menuai manfaatnya,
Daripada sembarangan meniup seruling terus-menerus, jika
tiada orang yang mau mendengar, tiadalah gunanya."

Pinti Perguruan Suci sunyi senyap, sang pembina pun menjadi langka. Yang ada hanya berhati pura-pura, mengangguk di muka, menggeleng di belakang, tampaknya setuju, namun dalam batin menentang; Ada pula yang tak mau menghayati hakekat kebenaran, memohon tanpa dasar dan berkhayal, menganggap wejangan suci bagai angin lalu, tak mematuhi petuah-petuah, sehingga moralitas merosot. Walau orang yang suka berbicara tak habis-habisnya berceloteh, namun lain di mulut lain di hati. Bak rumput itik yang tumbuh mengapung di atas air, akarnya tak menetap, hanyut mengikuti terpaan angin, takkan bisa menjadi pohon yang tumbuh tinggi dan besar. Maka hanya dengan diam-diam bercocok tanam, membajak dan menyiangi, barulah setiap tahun akan menuai hasil yang berlimpah ruah, ini jelas lebih bermanfaat daripada orang yang hanya suka membual saja. Takkan bisa mengundang simpati orang! Membina diri di Jalan KeTuhanan harus dengan langkah nyata, petuah nabi mengatakan : "Keluarga yang suka beramal pasti akan menuai berkah keberuntungan, sedangkan orang yang berbuat jahat pasti akan menuai celaka." Jaring langit berlubang besar-besar, tapi tak ada suatu apapun yang bisa lolos. Jika bisa segera sadar, masih bisa tertolong. Jika tidak, saat angin musim gugur berhembus merontokkan daun-daun, umat manusiapun kena dampaknya, kala itu pasti akan kedinginan tiada yang bisa dimintai tolong, dampaknya amatlah jauh.

Neraka di sini disebut "Sub Seksi Neraka Pembungkam Mulut Dengan Bola Berduri" di bawah wilayah kekuasaan Astana keenam.

Di dalam penjara tampak penuh dengan para roh dosa yang ditahan. Para petugas neraka menggunakan trisula besi membuka lebar mulut roh dosa, kemudian memasukkan dengan paksa sebuah bola besi berduri penuh jarum ke dalam mulut roh dosa. Roh dosa menjerit-jerit kesakitan, sebentar saja mulutnya sudah mengucurkan darah, orangnya pun lalu pingsan.

Para roh dosa ini mulutnya keras, terpaksa dibuka dengan trisula besi, lalu dimasuki bola besi berduri, agar mulutnya tak bisa berbicara lagi, menjerit pun takkan bersuara.

Umat di dunia jika tenggorokannya terganjal satu duri ikan saja sudah tak kepalang tanggung sakitnya, sekujur badan merasa tak enak, apalagi kini mulutnya diganjal dengan bola berduri. Seperti bunyi sebuah pribahasa : Bagai si bisu makan obat pahit, terasa pahit tapi tak terucapkan. (tak terucapkan penderitaannya). Para roh dosa ini semasa hidup berbuat dosa besar apa, sehingga sesudah meninggal dihukum demikian?

Barang siapa yang semasa hidupnya suka berdebat menggunakan alasan yang tak masuk akal, atau dengan mulut manis membujuk rayu wanita cantik; atau dengan kata-kata dusta menggaet uang orang; atau suka menghisap morfin; atau suka berbicara dengan kata-kata berduri (menyindir); dengan seenaknya melukai perasaan orang, sesudah meninggal semuanya takkan terhindar dari siksa "Neraka Pembungkaman Mulut Dengan Bola Berduri".

Pejabat mengeluarkan beberapa roh dosa dari penjara, untuk menjelaskan perkara dosanya. Mereka sudah tak sadarkan diri, Ci Hoet menggunakan kipas yang terbuat dari daun asiwung untuk mengipasi, agar mereka siuman. Perwira mengeluarkan bola berdurinya dari dalam mulut, sebab jika tak dikeluarkan, walaupun mereka punya mulut takkan bisa bicara sama sekali.

RohDosa 1 : Semasa hidup saya pandai berbicara, jika berbicara tak saja enak didengar, bahkan bisa memikat indera orang. Karena lahiriah saya cantik, sesudah menikah dengan suami, tak sedikit pria yang masih naksir saya. Suatu ketika, ada seorang pria dengan antusiasnya merayu saya. Saya lihat dia cukup kaya dan banyak uang, saya menanggapi dengan kata-kata manis dan berdusta kepadanya : "Suamiku tidak baik terhadapku, saya harap banyak diperhatikan." Setelah itu terjadilah perselingkuhan dan perzinahan, karena kata-kata saya yang manis, dan berkat kefasihan lidah yang hanya 3 inci ini, akhirnya saya berhasil menggaet habis harta kekayaan si pria tersebut. Setelah itu saya uring-uringan dengannya. Setiap kata-kataku mengandung duri, membuat ia terpukul batinnya. Karena merasa telah dihina, hatinya jadi amat risau, akhirnya bunuh diri. Rasa penyesalah menyertai kematiannya, dan dia mengadu kepada Yam Ong. Yam Ong mengingatkan kesalahan sekilas pikiran yang keliru yang membuatnya terpeleset. Sedangkan saya sebagai seorang wanita, dinilai terlalu jahat dan beracun hatinya, sehingga Yam Ong pun mengijinkannya untuk mengadakan pembalasan. Setelah itu arwahnya sering datang mengganggu saya, membuat saya merasa tak tenang. Selama 7 tahun lebih, saya dirundung nasib yang malang dan energi vitalku kian melemah, akhirnya saya meninggal. Arwah saya dan dia bertemu di Kota Mati Penasaran, untuk saling berkonfrontasi. Ia lalu dihukum atas dosa berzinah mencabulli istri orang, sayapun dihukum siksa di berbagai Astana neraka. Kini saya dibawa ke Astana keenam ini, Raja Pian Cheng mencela bahwa mulut saya pandai memikat orang, mencelakakan orang, menusuk orang, dan harus dihukum siksa "Pembungkama Mulut Dengan Bola Berduri" lagi. Setiap hari mulut saya diganjal dengan bola berduri, bukan main sakitnya.

CiHoet : Kau munafik sekali, cintamu palsu, suka nyeleweng, perkataanmu mampu membunuh orang. Sudah seharusnya setelah meninggal kau menerima hukuman ini, tak perlu menyalahkan siapa-siapa! Kini ganti roh dosa kedua, ceritakanlah apa yang terjadi atas dirimu!

RohDosa 2 : Semasa hidup saya adalah seorang preman, suka menghisap dan menyuntik morfin. Karena sudah kecanduan, lalu kemana-mana saya mencuri barang untuk membeli morfin. Sesudah meninggal, saya diputus masuk neraka ini, penderitaan saya sudah tak terkatakan, sudah tak bisa lagi merasakan nikmatnya mencandu obat bius saat hidup di dunia. Setiap hari harus menelan bola berduri, menderita siksa tusukan pada bagian mulut. Saya menyesal semasa hidup tak belajar menjadi baik!

Pejabat : Karena menghisap obat bius, maka masa hukuman yang dijatuhkan di neraka kami jadi lebih panjang, karena jika racunnya belum ternetralkan, roh dosa itu belum bisa terbebaskan dan dilahirkan kembali. Di alam dunia masih tak sedikit orang yang suka mengkonsumsi obat bius dan obat terlarang. Di dunia dihukum berat, sesudah meninggal hukumannya lebih berat. Ada pula yang bahkan dipindahkan, masuk ke "Neraka Abadi". Berharap kepada orang yang punya kesalahan ini cepat-cepat mengubahnya, jangan membius jiwa dan kehidupan dirinya lagi.

RohDosa 3 : Berhubung saya pernah mendapat pendidikan di sekolah, saya mampu mengjafal beberapa ungkapan-ungkapan baku. Sayapun sering berdebat dengan teman dan kerabat dengan menggunakan alasan yang tak masuk akal, apa yang saya katakan hanya berdasarkan alasan yang sumbang dan menyesatkan. Sering pula saya mengutip kata-kata para Suci dan Bijak untuk memfitnah orang. Setelah meninggal, Yam Ong berkata : "Kau tidak menggunakan perkataan para Suci dan Bijak untuk berbuat amal, malah untuk berdebat yang tiada gunanya, itu sudah termasuk berdusta. Karena mulutmu begitu keras, terpaksa kau dihukum menelan bola berduri, merasa kekerasan mulut dan kakunya geraham!" sehingga kini punya mulutpun sulit untuk bicara.

CiHoet : Dengan bekal hakekat kebenaran bisa melalang ke seluruh penjuru dunia. Namun jika melawannya, melangkah setapakpun akan terasa sulit, umat di dunia seyogianya berbicara berdasarkan hakekat kebenaran dan ucapan yang benar. Jika mengatakan bahwa "membunuh orang adalah karena merasa nasibnya sudah harus mati, bukan saya yang mencelakakan dia hingga mati," kata-kata seperti ini merupakan alasan yang sumbang belaka, orang yang suka berdalih dengan alasan yang menyesatkan, setelah meninggal pasti akan dihukum. Kini giliran roh dosa keempat menjelaskan, mengapa kau sampai terperosok kemari?

RohDosa 4 : Semasa hidup saya mengumpulkan banyak uang. Karena serakah ingin mendapat bunga pinjaman, siapa saja yang terdesak oleh kebutuhan atau dalam keadaan kesulitan ingin meminjam uang, saya pinjami dengan bunganya, setiap hari bisa mengeruk uang yang tak sedikit. Jika suatu saat orang yang hutang tak bisa mengembalikan uang pinjaman, saya lalu mengundang gali atau preman untuk menakut-nakutinya. Setelah meninggal, Yam Ong mengatakan karena saya memungut bunga yang tinggi, sama halnya dengan menghisap darah orang, terlalu serakah makan uang orang. Maka kini harus menerima hukuman menelan bila besi berduri. Betapa menderitanya!

Pejabat : Ada sementara orang kaya yang hatinya sekeras baja, khususnya saat meminjamkan uang memungut bunga yang tinggi, meski orang yang pinjam setuju, tetapi hatinya terlalu keras, layaknya "makan besi atau tembaga". Setelah meninggal biar merasakan akibat dari menjadi kaya dengan hati yang keras. Sadarlah orang kaya yang berada di dunia, jika dirinya punya kelebihan uang yang akan dipinjamkan ke orang lain, janganlah memungut bunga yang tinggi, pinjamilah dengan bunga yang ringan. Menolong orang merupakan sumber kebahagiaan, mengapa tak melakukannya?

No comments:

Post a Comment