15 March 2009

Man from Mars, Woman from Venus

SURAT UNTUK SUAMIKU

Oh suamiku, kutahu engkau begitu mencintaiku. Kau selalu memperhatikan aku. Kau memberikan aku bunga saat hari valentine. Kau membawakan aku makanan setiap saat kau pulang dari suatu tempat. Kau mengajakku pergi jalan-jalan. Kau mengupaskan buah untukku. Kau menciumku dengan sayang setiap kau ingin berangkat kerja juga akan berangkat tidur. Kau kadang memelukku. Kau sering membelikan aku hadiah-hadiah kecil. Kau membolehkan aku bekerja. Kau membolehkan aku pergi tour ke luar negeri. Kau mau mengantarku pergi ke tempat yang aku ingin tuju. Kau mengatur kebutuhan rumah tangga sendiri. Orang-orang bilang aku beruntung memiliki suami seperti engkau. Begitu penyayang, perhatian dan pengertian.

Tahukah kau, suamiku, aku begitu tersiksa dekat denganmu. Kau memberikan aku bunga di saat hari valentine, itu karena kau telah membuat aku sedih. Dengan berat hati aku terima bunga pemberianmu. Dan aku memaafkanmu. Kau membawakan aku makanan setiap saat kau pulang dari suatu tempat, tetapi kau pulang begitu telat dan aku sudah menyikat gigiku, ingin tidur. Dengan terpaksa aku memakan makanan pemberianmu. Aku tidak ingin membuatmu kecewa. Kau sering mengajakku jalan-jalan. Tanpa mendiskusikannya denganku. Dengan terpaksa aku ikut, walaupun aku tidak suka. Kau mengupaskan buah untukku. Dengan terpaksa aku makan, walaupun saat itu aku tidak ingin makan buah itu. Aku menghargai niat baikmu. Kau menciumku dengan sayang saat ingin berangkat kerja juga saat akan berangkat tidur. Walaupun kau menciumku dengan kasar dan itu menyakiti kulitku. Aku senang, aku merasa disayang. Kau kadang memelukku. Aku senang, aku merasa disayang. Kau sering membelikan aku hadiah-hadiah kecil. Dengan terpaksa aku terima, aku takut kau kecewa. Walaupun hadiah-hadiah itu tidak aku butuhkan. Kau membolehkan aku bekerja. Aku merasa senang, dengan bekerja aku bisa memberikan sedikit uang untuk mamaku, dengan bekerja aku bisa membeli barang-barang yang aku butuhkan dan aku senangi. Kau membolehkan aku tour ke luar negeri. Tetapi, mengapa setiap kali aku akan berangkat wajahmu begitu masam? Aku pergi dengan uang tabunganku sendiri, hasil kerja kerasku, kadang adikku yang membayarkan tiketnya. Tidak dengan uangmu. Kau mau mengantarkan aku ke tempat yang ingin aku tuju. Tapi aku selalu merasa bahwa kau berat hati mengantarkan aku. Kadang aku harus berjalan kaki lagi karena kau menurunkan aku di tempat lain dengan alasan macet atau alasan lainnya yang sudah aku lupakan. Kadang aku harus menunggu lama. Kadang kala jika kau harus menungguku, kau membentakku dan memasang wajah kusut. Kau mengatur kebutuhan rumah tangga sendiri. Kau bilang tidak ingin membuatku stress. Aku tidak tahu kau mendapatkan uang berapa. Walaupun aku tak tahu harus senang ataukah sedih, aku hanya diam.

Orang-orang bilang aku orang yang beruntung. Lalu, mengapa aku merasa tersiksa? Sering kali kau membentakku. Aku tak tahu salahku apa. Sering kali kau tidak makan di rumah. Walaupun aku kecewa,aku tetap diam. Aku merasa cintamu adalah egois. Kau tidak memikirkan apa yang aku butuhkan atau aku sukai. Kau hanya memikirkan apa yang kau suka untuk kau berikan padaku atau apa yang kau suka lakukan untukku.

Kau berpikir dengan cara begitu kau bisa membahagiakan aku. Tahukah kau, sebenarnya, yang ingin kau bahagiakan adalah dirimu sendiri. Kau merasa mengerti aku. Tahukah kau, sebenarnya, kau tidak mengerti sama sekali tentang diriku.

Keterbukaan dan kejujuran memang diperlukan untuk komunikasi. Tapi, mengapa itu semua tidak membuatmu mengerti juga. Apa lagi yang harus aku lakukan agar kau mengerti?

No comments:

Post a Comment