27 May 2009

Tantangan Membesarkan Anak Perempuan

Belajar membesarkan anak perempuan sama sulitnya dengan membesarkan anak laki-laki, tantangan yang dihadapi juga tidak mudah, bukan saja masalah lingkungan dan tantangan jaman yang menghambat tetapi juga mitos-mitos dan kepercayaan yang salah tentang anak perempuan menambah tantangan kita sebagai orang tua dalam membesarkannya.

Banyak anak perempuan mengalami kebingungan untuk mengerti tentang apa yang diharapkan dari dalam diri mereka, apa artinya menjadi seorang wanita. Dibesarkan dalam budaya yang penuh dengan kekerasan dan penuh kepalsuan, mereka merasakan kekurangan kasih sayang, ketidak-adaannya figur “Ayah” (fatherlessness) dalam hidup mereka serta tidak tahu bagaimana menghadapinya. Banyak anak perempuan dibesarkan dalam suatu tekanan yang over-protektif, ada juga yang dibesarkan dalam suasana otoriter ataupun permisif. Selain itu media cetak dan televisi lebih sering mempengaruhi anak-anak perempuan bahwa wanita itu berhubungan dengan kecantikan, shopping, kosmetika, baju yang seksi atau kesan “penggoda” serta biasanya menjadi korban “penyaluran kebutuhan biologis”.

Ada perbedaan perlakuan kita kepada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Anak perempuan dipersepsikan lebih halus, perasa dan lemah lembut jadi harus lebih dijaga dan diayomi dibandingkan menangani anak laki-laki.

Ketika kita membesarkan anak perempuan, kita lebih cenderung mengajarkannnya kepada aktifitas yang lebih sedikit, lebih tenang dan lebih aman. Sehingga tanpa terasa sejak dini sudah terbangun kesan atau impresi bahwa laki-laki itu lebih “superior” dibandingkan wanita. Wanita tidak bisa lebih menonjol dan lebih berhasil dibandingkan laki-laki, wanita selalu butuh pertolongan laki-laki. Tanpa terasa rasa percaya diri anak perempuan biasanya jauh lebih kecil dibandingkan laki-laki.

Karena perlakuan yang berbeda, ditambah dengan fakta dan mitos-mitos yang salah tentang anak perempuan, maka rasa percaya diri anak perempuan biasanya perlu lebih ditingkatkan dibandingkan anak laki-laki. Ketika anak perempuan kita memiliki rasa percaya diri yang tinggi, maka mereka pasti memiliki jaminan bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang berharga di dalam hidupnya. Beberapa prinsip yang perlu dipelajari adalah sebagai berikut:

Mengembangkan dirinya
Hal yang penting diajarkan kepada anak perempuan adalah mengembangkan dirinya bahkan melampaui apa yang kita ketahui sebagai orangtua tentang kemampuan mereka. Bangun rasa percaya diri anak perempuan karena sebenarnya mereka mampu melakukan sesuatu yang biasanya dikhawatirkan dan ditakutkan orangtuanya di dalam aktifitas sehari-hari.

Jangan over-protektif kepada anak perempuan kita untuk melakukan tugas-tugas secara fisik, sosial dan mental yang mungkin kita berpikir bahwa mereka tidak bisa, tetapi ketika memberikan tugas jangan lupa perhitungkan resikonya lalu ijinkanlah anak-anak kita mengembangkan kemampuannya. Ketika kita melindungi anak perempuan dari kegagalan, mereka akan belajar untuk TAKUT akan KEGAGALAN daripada untuk membangun percaya diri sebagai hasil sebuah usaha.

Dorong untuk berani bicara
Jarang kita temui anak-anak perempuan kita terlibat dalam diskusi tentang sesuatu yang rasional, teoritikal apalagi yang pilitikal, apalagi berbicara dan beragumentasi di depan publik mempertahankan sesuatu yang serius. Kita terbiasa melihat dan memperlakukan anak perempuan kita menjadi penonton atau penggembira. Jangan! Mari libatkan mereka dalam pembicaraan-pembicaraan serius, ajarkan mereka untuk mampu berbicara dengan jelas dan lugas sama seperti anak laki-laki. Tetapi perhatikan sopan-santun serta bangun keberanian dan rasa percaya dirinya. Latihlah ini dalam keluarga, beri kesempatan anak perempuan mengemukakan pendapatnya, jangan biarkan anak laki-laki mendominasi pembicaraan apalagi bila orantua saja yang menguasai semuanya.

Ajarkan tentang membangun hubungan yang benar
Sebagai orang tua kita harus memberikan identitas yang jelas kepada anak perempuan kita. Keberhargaan seorang wanita, fungsi seorang wanita. Bagaimana membangun hubungan yang sehat dengan lawan jenis sesuai dengan usianya, ajarkan untuk saling menghargai dan menghormati. Terangkan definisi cinta dan risiko dari hawa nafsu, risiko tentang hubungan yang salah dan apa akibatnya. Perlihatkan bukti-bukti nyata akibat yang salah dan tunjukkan juga keberhasilan seseorang yang menghargai sebuah hubungan.

Bangun rasa aman dengan memperlihatkan ayah dan ibu yang saling mengasihi, rasa aman ini akan memberikan ketenangan dan keteladanan bagi anak perempuannya tentang sebuah hubungan yang baik dan benar.

Ajarkan sikap interdependen
Peran orangta yang sangat besar untuk mengajarkan anak perempuan memiliki sikap INTERDEPENDEN – sikap saling bergantung; misalnya bukan seperti dua huruf I yang terpisah yang menunjukkan sikap independen (berdiri sendiri tanpa ikatan apapun juga), juga bukan seperti huruf A, yang saling tergantng menunjukkan sikap dependen, sikap bergantung kepada pihak lainnya untuk dapat tetap berdiri. Banyak seorang istri bersikap dependen kepada suaminya, maka ketika sang suami menceraikannya atau meninggal maka ia merasakan kehilangan kemampuannya dan roboh. Mari bersikap seperti huruf H, sikap interdependen, saling bergantung tetapi tetap mampu bersikap mandiri. Kalau anak perempuan kita dididik untuk siap bersikap interdependen maka mereka akan mampu mengurusi diri mereka sendiri (mandiri) tetapi tetap membutuhkan orang lain untuk bekerja bersama menuju keberhasilan, untuk menjawab kebutuhan mereka juga memenuhi kebutuhan orang lain secara bersama-sama.

No comments:

Post a Comment